Gara-gara PTM, 900 Siswa di Kampung Jokowi Jalani Swab PCR

Siswa di Solo ikut test swab
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fajar Sodiq

VIVA – Sebanyak 900 siswa sekolah di Solo, Jawa Tengah yang mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) menjalani uji swab polymerase chain reaction (PCR). Uji swab secara acak itu dilakukan untuk mendeteksi secara dini jika muncul kasus COVID-19 dampak dari kegiatan PTM.

KPU Sebut Gugatan Ganjar-Mahfud yang Singgung Jokowi Salah Sasaran

Sebanyak 30 siswa SDN Kestalan 5 Solo tampak berbaris dengan tetap melakukan jaga jarak. Mereka mengikuti uji swab lantaran sekolahnnya menjadi salah satu dari 29 sekolah sasaran kegiatan surveilans uji swab secara acak pada November ini.

Para petugas kemudian secara sigap langsung mengambil sampel dari hidung dan mulut para siswa. Namun, saat pengamabilan sampel itu beberapa siswa tampak menangis karena menahan sakit maupun geli. Apalagi bagi mereka itu merupakan pengalaman pertama kalinya mengikuti uji swab.

CEO Freeport Temui Jokowi di Istana, Bahas Smelter hingga Perpanjangan Izin Tambang

Bahkan, salah seorang siswa bernama Ivanov Nathan harus dipegangi dua petugas nakes dan seorang guru untuk mengambil sampel dari hidung serta mulutnya. Ia beberapa kali terlihat berontak saat nakes memasukkan alat usap ke dalam hidungnya.

Siswa kelas IV SDN Kestalan 5 Solo itu terlihat menangis. Petugas medis dan guru yang mendampinginya coba menenangkannya. Setelah terlihat rileks dengan pelan-pelan, petugas nakes itu akhirnya berhasil mengambil sampel melalui hidung dan tenggorongan.

Jokowi Inaugurates Gumbasa Dam with Total of IDR 1.25 Trillion

Siswa di Solo ikut test swab

Photo :
  • VIVA.co.id/Fajar Sodiq

Nathan mengaku takut sebelum uji swab. Hal ini lantaran teman-temannya yang sudah menjalani menakut-nakutinya. Tapi, ia mengaku uji swab itu tidak seperti perasaan takut yang dibayangkan sebelumnya.

“Takut dan sakit. Tadi teman-teman bilang nanti masukannya alat itu sampai dalam dan sakit banget. Tapi, sekarang dah lega," jelas Nathan.

Sementara, siswa lain yang bernama Larisa Permatarini terlihat menahan geli saat petugas mengambil sampel lendir di hidung. Ia pun langsung mengusap air mata begitu petugas medis itu selesai melakukan pengambilan sampel. “Takut. Tidak sakit tapi keri (geli),” ujar Larisa.

Meski demikian, ia merasa senang karena dengan swab PCR itu bisa mengetahui kondisinya terpapar COVID-19 atau tidak. Bahkan, saat meminta izin kepada orangtuanya, mereka memperbolehkannya mengikuti tes tersebut. “Sudah izin orangtua dan boleh karena ini untuk kesehatan,” ujarnya.

Salah seorang guru SDN Kestalan 5, Sri Hastuti mengatakan siswa yang mengikuti tes swab itu hasil pemilihan secara acak dengan sekitar 30 siswa dari jumlah total 292 siswa yang ada di sekolah tersebut. "Kita ambil secara acak dan mereka itu kelas IV, V dan VI,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Solo, Siti Wahyuningsing menyampaikan tujuan pelaksanaan program surveilans PTM untuk memberikan rasa aman kepada siswa dan guru yang mengikuti PTM terbatas di sekolah. Program tersebut dilakukan secara acak di sejumlah sekolah yang ada di Solo.

“Kita melakukan random pemeriksaan PCR. Kita adakan random sebanyak 29 sekolah seperti pada tahap pertama yang lalu. Swab PCR secara acak ini dilakukan mulai dari SD, SMP hingga SMA,” kata dia.

Menurut dia, sampel yang diambil dari masing-masing sekolah itu sebanyak 33 sampel, yakni terdiri dari 30 siswa dan 3 tenaga pendidik. Nantinya jika hasilnya ada yang positif COVID-19, pihaknya akan langsung melakukan tracing.

"Pada program surveilans pertama itu yang positif hasilnya 107 dari sampel yang diambil sebanyak 2.300 sampel. Dari jumlah yang positif itu sekarang sudah clear, sudah sembuh dan sudah buka kembali sekolahnya,” ujar dia.

Ia pun berharap pada kegiatan surveilans tahap kedua ini hasil uji swab ratusan siswa itu semua negatif. Lantas, Wahyuningsih mengungkapkan kunci utama untuk mencegah penyebaran kasus COVID-19 dalam kegiatan PTM itu harus menerapkan prokes secara ketat.

"Kuncinya ada di prokes sebetulnya. Kalau seandainya tanpa gejala itu virulensinya rendah. Seandainya di situ ada yang pisitif terus prokesnya ketat insya Allah kita nggak tertular. Masker itu menjadi harga mati,” jelasnya.

Terpisah Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka mengaku sudah menyiapkan tempat karantina bagi anak-anak yang terpapar COVID-19. Karantina atau tempat isolasi terpusat bagi anak-anak itu sebagai antisipasi jika nantinya dalam kegiatan surveilans di sejumlah sekolah itu ditemukan kasus COVID-19.

“Ya harapannya negatif semua. Tempat isoter sudah kita siapin, udah bagus. Nanti kalau ada yang positif tinggal kirim aja. Tapi sekali lagi harus ada persetujuan orangtua dan anaknya yang diangkut ke sana orangtuanya ikut mendampingi. Tenang aja, rumahnya bagus kok malah lluweh apik dari Loji Gandrung (rumah dinas wali kota),” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya