Kominfo dan MUI Sepakat Kontrol Konten Medsos Guna Cegah Radikalisme

Ilustrasi bermedia sosial.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) bersepakat untuk perlu adanya kontrol di media sosial untuk mencegah peredaran konten-konten radikalisme. Hal tersebut terus menjadi sorotan saat ini.

Ucapan Ini yang Buat Galih Loss Ditangkap Polisi?

Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Henri Subiakto menegaskan, konten-konten negatif radikalisme dan ekstremisme bisa merusak citra agama Islam di mata dunia. Sebab, Islam di Indonesia sangatlah menghormati keberagaman. 

“Islam di Indonesia itu adalah agama yang menghargai keberagaman, bukan seperti di media sosial yang sering mengaitkan Islam dengan radikalisme. Indonesia dengan Pancasila-nya itu bisa menampung seluruh keberagaman kita” ujar Henri di dikutip dari keterangannya, Minggu, 5 Desember 2021.

Siap-siap Kesal Baca Berita tentang Model Ini

Henri menegaskan dukungan penuhnya terhadap langkah MUI yang memiliki konsen melawan konten-konten radikalisme di media sosial. Apalagi, kelompok-kelompok radikalisme yang kerap mengumbar konten-konten jihad ekstremisme bukanlah gambaran Islam. Praktik itu harus dicegah dan dilawan.

“Caranya dengan melakukan counter narasi dan pemblokiran akun-akun yang tidak bertanggung jawab ini,” tegas Henri.

Heboh TikTokers Galih Loss Diduga Lecehkan Islam, Tim Siber Polri Langsung Turun Tangan

Workshop Kominfo dan MUI.

Photo :
  • istimewa.

Sementara itu, Ketua MUI Pusat Bidang Infokom Masduki Baidlowi menambahkan, kebaikan-kebaikan yang mengandung dakwah harus banyak diproduksi dalam konten-konten kreatif. Jika tidak, media sosial akan dipenuhi oleh konten-konten negatif.

Menurutnya, di era digital media sosial adalah alat dakwah yang paling mutakhir saat ini. Apalagi dilakukan secara multi platform media sosial. 

"Jadi kita semua harus menguasai alat dakwah paling mutakhir ini untuk eksis di sistem informasi saat ini agar bisa melawan konten-konten negatif, terutama yang kerap memperkeruh kerukunan kita sebagai umat beragama,” ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya