Dokumen Soal Uighur Bocor, HMI Singgung Pelanggaran HAM

Aksi kemanusian untuk muslim Uighur. (Foto ilustrasi).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

VIVA - Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam menyoroti bocornya dokumen yang mengungkapkan tindakan otoritas Tiongkok yang melakukan penahanan tanpa batas terhadap etnis Uighur di pusat-pusat kamp konsentrasi yang dijaga ketat di seluruh wilayah Xinjiang. Mereka menilai dokumen tersebut semakin menunjukkan bukti-bukti adanya pelanggaran HAM berat terhadap muslim Uighur di Xinjiang China.

Amnesty International Sebut Pelanggaran HAM di RI Semakin Buruk, Aparat Paling Banyak Terlibat

Aksi solidaritas untuk Muslim Uighur

Photo :
  • ANTARA FOTO/Basri Marzuki

Kebocoran Besar Ketiga

Ritel Fashion China Hadapi Ancaman Boikot di Tengah Tuduhan Eksploitasi Warga Uighur

“Ini adalah kebocoran besar ketiga dokumen sensitif pemerintah China dalam beberapa bulan terakhir, yang berisi informasi kampanye strategis Beijing untuk melucuti identitas budaya dan agama mayoritas muslim Uighur,” kata Pj Ketua Umum PB HMI, Romadhon JASN, kepada waratawan, Senin, 6 Desember 2021.

Romadhon menuturkan dalam dokumen tersebut, seorang etnis Uighur bernama Rozinsa Mamattohti dikagetkan dengan lembaran catatan terperinci yang disimpan pemerintah Tiongkok tentang seluruh keluarganya.

Dukung TNI Pakai Istilah OPM, Bamsoet: Urusan HAM Bicarakan Kemudian, Saya Siap Pasang Badan

Padahal, dia bukanlah pembangkang atau ekstremis yang selama ini disebut China kepada etnis Uighur yang mereka tangkap dan bawa ke kamp-kamp konsentrasi di Xianjiang.

Baca juga: Bela Uighur, PB HMI Serukan Boikot Olimpiade Beijing

Kehidupan Seluruh Keluarga

Namun dalam lembaran dokumen yang disimpan oleh pejabat otoritas Tiongkok setempat, kehidupan seluruh keluarganya dicatat panjang lebar bersama dengan pekerjaan mereka, aktivitas keagamaan mereka, kepercayaan mereka dan tingkat kerja sama mereka dengan pihak berwenang.

“Dari informasi yang kami terima, lembaran dokumen ini dapat menentukan apakah seseorang khususnya etnis Uighur tetap berada di balik kawat berduri di pusat penahanan pemerintah China. Ini jelas pelanggaran HAM,” kata Romadhon.

Ormas Islam menggelar aksi demonstrasi bela Uighur di depan Kedubes China.

Photo :
  • VIVAnews/ Bayu Januar.

Sistem Pengawasan Terperinci

Dia melanjutkan dokumen yang bocor adalah file PDF setebal 137 halaman berupa spreadsheet excel atau tabel word, mengungkap sebuah sistem pengawasan negara yang terperinci dan berjangkauan luas yang dijalankan oleh pemerintah daerah di Xinjiang, dan dirancang untuk menargetkan warga China yang mempraktikkan budaya atau agama mereka secara damai.

Pemerintah China sebelumnya mengklaim sedang menjalankan program deradikalisasi massal yang menargetkan ekstremis potensial, namun dengan dokumen resmi yang telah diverifikasi oleh tim ahli, menunjukkan bahwa siapapun dapat dikirim ke fasilitas penahanan hanya karena "mengenakan kerudung" atau menumbuhkan "jenggot panjang".

Romadhon menduga sistem yang digunakan oleh pemerintah yang dikuasai oleh Partai Komunis China ini menjadi pembenaran atas penahanan jutaan etnis minoritas tanpa batas meski dengan alasan sepele sekalipun.

“Bayangkan, persoalan bulu didagu (janggut) atau krudung saja, bisa jadi alasan mereka (China) tangkap siapapun. Ada juga alasan gegara melanggar kebijakan keluarga berencana atau sederhananya memiliki terlalu banyak anak, ini kan mengada-ada," katanya.

Aksi Kemanusian untuk Muslim Uighur, Uyghur

Photo :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Versi yang disunting dari dokumen PDF pemerintah China yang bocor juga menunjukkan catatan tahanan di Xinjiang. Dari catatan tersebut menunjukkan bahwa Beijing menahan warga Uighur untuk tindakan yang dalam banyak kasus “tidak sangat mirip dengan kejahatan.”

Tanggapan Menlu China

Sementara itu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengaku dengan senang hati menyambut setiap diplomat atau media internasional untuk mengunjungi Xinjiang untuk melihat sendiri kebenarannya.

Wang Yi mengatakan semua kelompok etnis dapat hidup damai, harmonis dan kebebasan beragama juga dilindungi serta sepenuhnya dapat menjalankan kegiatan agamanya tanpa batasan apa pun.

Namun, Romadhon menilai hal itu sebagai lip service saja. Alasannya, banyak media internasional yang belum tembus masuk ke kamp konsentrasi.

"Jangankan ke sana (kamp konsentrasi) masuk China saja mereka sulit,” ujarnya.

Aksi Kemanusian untuk Muslim Uighur, Uyghur (Foto ilustrasi)

Photo :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Dia pun meminta negara-negara dunia termasuk Indonesia agar fokus kepada dokumen-dokumen China yang bocor dan menjadi bukti kuat baru yang dapat dijadikan alasan menekan negeri panda segera menghentikan aktivitas apapun di Xinjiang.

Menurutnya, isi dokumen ini sangat penting bagi masyarakat dunia karena menunjukkan pola pikir paranoid dari rezim komunis China yang Islamophobia.

“Jika kekejian China ini dibiarkan, bukan tidak mungkin peradaban etnis Uighur hanya akan menjadi kenangan atau sejarah kelam dunia,” tutur Romadhon.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya