Sindirian Ketua MUI buat KSAD Jenderal TNI Dudung

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH. Cholil Nafis.
Sumber :
  • Facebook KH. Cholil Nafis

VIVA – Ketua MUI Muhammad Cholil Nafis ikut mengomentari pernyataan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman yang mengatakan jangan terlalu dalam mempelajari agama. Akibat pernyataan Dudung itu, nama nya jadi salah satu trending di Twitter sepanjang Senin, 6 Desember 2021.

Usai Memilih Mualaf, Davina Karamoy Belum Siap Kenakan Hijab

Cholil Nafis mempertanyakan maksud Jenderal Dudung mengucapkan hal seperti itu. "Apa maksudnya jangan terlalu dalam mempelajari agama?" kata Cholil dalam Twitter pribadinya yang dikutip VIVA.

Cholil malah menawarkan standarisasi ulama dari MUI jika mantan Pangkostrad itu mau beralih profesi. "Saya menawarkan standardisasi da’i MUI klo mau berganti profesi sebagai penceramah agama he hehe," kata Cholil.

Hard Gumay Ramal Kasus Hukum Chandrika Chika, Warganet: Gila, Ilmunya Dalem Banget

KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman kendarai motor listrik Pindad

Photo :
  • PT Pindad Persero

Agar tidak lagi membuat gaduh, Cholil menyarankan Dudung untuk fokus terhadap pekerjaannya sekarang. "Baiknya fokus pada tugas pokoknya aja, yaitu pertahanan negara dan menumpas perusuh dan pembangkang NKRI," ucap dia.

Galih Loss sudah Minta Maaf soal Video 'Serigala', Polisi beri Jawaban Menohok

Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen TNI Tatang Subarna angkat suara mengenai pernyataan KSAD. Tatang menjelaskan omongan Jenderal Dudung itu harus didengarkan secara utuh.

"Maksud KSAD untuk mempelajari agama terlalu dalam akan terjadi penympangan itu apabila tanpa guru," kata Tatang yang dikutip VIVA di akun resmi TNI AD, Senin 6 Desember 2021.

Sementara itu, dikutip dari laman TNI AD, Tatang menjelaskan ucapan Jenderal Dudung diutarakan saat memberikan kultum usai salat subuh bersama prajurit Kodam XVII/Cenderawasih.

Tatang juga mengaku hadir dalam acara tersebut. Dia menambahkan, saat ini banyak orang yang mendalami ilmu agama tanpa pendamping guru. Hal ini diyakini bisa disalahgunakan oleh oknum yang salah menafsirkan agama.

"Misalnya, kata hadis ini ikut. Kemudian, kata hadis yang lain, juga ikut. Oleh karenanya, jangan terlalu dalam mempelajari agama tanpa guru pembimbing yang ahli. Berbeda apabila ada yang mengarahkan dan membimbing dengan benar dan ahli," kata Tatang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya