Halim: Desa Peternakan Terpadu Siap Sokong Ketahanan Pangan Nasional

Mendes PDDT Abdul Halim Iskandar
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Keberadaan desa peternakan terpadu berkelanjutan diyakini bisa jadi penyokong utama ketahanan pangan hewani di Tanah Air. Selain jadi tumpuan produksi sapi lokal, ketersediaan lahan pangan di desa jadi faktor pendukungnya.

UNS Kerjasama dengan BRI Gelar Program Desa Inspiratif

Demikian disampaikan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar. Dia optimis desa peternakan terpadu berkelanjutan punya peran penting.

"Akhir 2021, desa peternakan terpadu berkelanjutan mulai dijalankan 7 BUM Desa Bersama, di 7 kabupaten, di 3 provinsi sebagai pilot project. Tahun 2022 ini, mendapatkan nafas lebih besar, didukung oleh Presiden, melalui Perpres 104 tahun 2021," kata Halim, dalam keterangannya yang dikutip pada Minggu, 16 Januari 2022.

Hadiri Pesta Adat Lom Plai, Pj Gubernur Kaltim: Seni Budaya Ini Harus Dilestarikan

Dia menjelaskan 20 persen dana desa saat ini digunakan untuk program ketahanan pangan dan hewani. Bagi Halim, desa yang potensial dengan peternakannya akan buka jalan kedaulatan pangan Indonesia.

Halim menambahkan, desa peternakan terpadu berkelanjutan ini sebagai konsep peternakan komunal yang dikelola BUM Desa bersama. Kata dia, bentuknya nanti berupa penggabungan beberapa komoditi unit usaha peternakan dalam satu pasar di suatu daerah.

Merinding! Kisah Nyata Konser Ghaib di Kaki Gunung Merapi, Penonton Hening Tanpa Ekspresi

Usaha peternakan sapi perah nasional.

Photo :
  • ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Menurut dia, arahnya nanti yaitu desa-desa yang berpotensi di sektor peternakan akan dikembangkan sebagai sentral penyedia daging. Hal ini baik dari sapi, kambing, hingga ayam hingga pusat holtikultura.

“Dari penggemukan hingga kotoran ternak harus memberi nilai ekonomisnya. Tujuannya jelas, selain untuk kesejahterakan masyarakat desa itu sendiri, minimal dapat menurunkan kebutuhan impor dengan meningkatkan ketahanan pangan," jelas politikus PKB itu.

Pun, ia menambahkan merujuk data Kemendes PDTT, sejak 2015 sampai 2020, produksi daging sapi di Tanah Air mengalami fluktuasi. Ia bilang dalam rentang waktu tersebut, 2016 jadi periode tertinggi dengan produksi 518.484 ton. Data itu sama dengan naik 2,3  persen dari tahun sebelumnya. 

Kemudian, tahun 2017 produksi daging sapi turun lagi jadi 486.319,7 ton. Lalu, tahun 2018, mengalami kenaikan kembali jadi 497.971,7 ton. Selanjutnya, selama 2019 naik jadi 504.802,29 ton. Sementara, pada 2020 alami peningkatan kembali mencapai 515.627,74 ton.

“Namun, sudah lumrah, peningkatan produksi, selalu dibarengi dengan peningkatan kebutuhan terhadap daging sapi," lanjut eks Ketua DPRD Jawa Timur tersebut.

"Karenanya, ikhtiar peningkatan produksi harus lebih digenjot lagi. Dan jawabannya adalah desa," tutur Halim.

Dia mengingatkan, desa punya kelembagaan ekonomi yang memungkinkan untuk pengembangan usaha peternakan sapi dalam skala mikro. Ia menekankan, desa-desa bisa dapat memberdayakan warga, meningkatan daya beli dan kemampuan ekonomi warga desa, memenuhi kebutuhan pangan desa.

"Dan, lambat tapi pasti, saya optimis desa akan penuhi kebutuhan pangan nasional," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya