Eks Kepala Eijkman Sebut Ada Wacana Pendirian Perusahaan Vaksin Asing

Ahli mikrobiologi lembaga Eijkman, Amin Soebandrio.
Sumber :
  • tvOne

VIVA – Mantan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan muncul wacana pendirian perusahaan vaksin asing di Indonesia pada saat pengembangan vaksin Merah Putih terhambat sebagai akibat integrasi Eijkman ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Penyakit Menular Arbovirosis Jadi Ancaman Baru, Menkes Budi: Lakukan 5 Hal Ini untuk Menanganinya

Hal itu disampaikan Amin dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Senin, 17 Januari 2022, untuk menanggapi pertanyaan dari seorang anggota Komisi VII mengenai apakah pembubaran Lembaga Eijkman merugikan negara atau tidak.

Amin menuturkan salah satu dampak dari proses peleburan Eijkman ke BRIN adalah terjadinya keterlambatan pengembangan vaksin Merah Putih yang dibuat Eijkman, karena sebelumnya ditargetkan bisa digunakan pada 2022, namun kemungkinan akan bisa dipakai pada 2023.

WHO: Imunisasi Global Menyelamatkan 154 Juta Jiwa Selama 50 Tahun Terakhir

"Kelambatan itu tidak hanya sekadar munculnya vaksin itu menjadi tadinya 2022, kemudian menjadi di tahun 2023, tapi kerugian negara yang lainnya adalah karena belum siapnya kita menghasilkan vaksin sendiri maka muncullah wacana-wacana untuk mendirikan perusahaan vaksin asing di Indonesia," kata Amin.

Lembaga Biologi Molekuler Eijkman melebur ke BRIN

Photo :
  • Ist
Skincare Berbahan Dasar Tanaman Khas Indonesia Dikembangkan Melalui Kerja Sama Ini

Amin mengatakan, wacana pendirian perusahaan vaksin asing akan menjadi kerugian negara dari sudut ekonomis, transfer teknologi, dan kemampuan dalam mengembangkan vaksin.

"Juga nanti pasti akan terjadi kompetisi di pasar, dan pasti juga akan menyulitkan anak-anak bangsa ini yang sedang berupaya meningkatkan kapasitasnya mengembangkan vaksin sendiri. Itu salah satu kerugian yang mungkin terjadi," ujar Amin.

Sebelumnya Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan tim periset vaksin Merah Putih makin diperkuat dengan integrasi Lembaga Biologi Molekuler Eijkman ke BRIN.

"Tim makin kuat karena ada tambahan periset sekepakaran dari eks Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan nanti Balitbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan) juga," kata Handoko, dilansir dari ANTARA.

Handoko menuturkan pengembangan vaksin Merah Putih terus berlanjut meski ada proses integrasi Eijkman dan lembaga lain ke dalam BRIN.

Ia mengakui ada keterlambatan dalam pengembangan vaksin, namun itu lebih karena masalah teknis karena belum ada tim yang pernah mengembangkan vaksin dari nol.

Sebelum bergabung ke BRIN, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sedang mengembangkan vaksin Merah Putih untuk COVID-19 dengan platform protein rekombinan. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya