Suasana Imlek di Rumah Petak Isi 14 Orang dengan 3 Agama

Rumah bu Jongkis yang dikunjungi Gubernur Jateng Ganjar Pranowo
Sumber :
  • VIVA/Teguh Joko Sutrisno

VIVA – Namanya Bu Jongkis. Usianya 59 tahun. Ia perempuan keturunan Tionghoa yang tinggal di rumah petak kecil di gang sempit kawasan pecinan Kota Semarang. Rumahnya berhimpitan, bahkan nyelempit di antara rumah gedung di sekitarnya. Yang membuat geleng-geleng kepala, rumah atau lebih tepatnya sepetak ruangan itu ditinggali 14 orang. Ia, suaminya, anak-anak serta cucu-cucunya.

Netizen Murka Disebut Suara Paslon 02 Nol: Mungkin Aku yang Dimaksud Angin Tak ber-KTP

Tak terkecuali juga saat tahun baru Imlek. Bu Jongkis dan keluarga merayakannya secara sederhana saja di rumah sempit di Gang Sekolan, Kampung Purwodinatan, Semarang bagian tengah tersebut.

Namun suasana toleransi begitu hadir di tengah keluarga sederhana tersebut. Bagaimana tidak, 14 orang yang tinggal di situ memeluk tiga agama yang berbeda namun mereka sangat rukun termasuk juga dengan para tetangga.

Todung Mulya Lubis Ungkap Alasan Sri Mulyani Hingga Risma Dihadiri di Sidang MK

Bu Jongkis dan suaminya keturunan Tionghoa dan mereka memeluk agama Islam. Dua anaknya beragama Kristen dan ada yang memeluk Buddha. Begitu juga cucu-cucu Jongkis yang ikut agama orangtua mereka. Dengan tiga agama yang dianut, praktis mereka merayakan tiga hari besar dalam setahun.

"Bapak kerja jadi tukang kunci di Jalan Kartini," kata Bu Jongkis mengawali cerita di Semarang, Jawa Tengah pada Selasa, 1 Februari 2022.

Tips Aman Meninggalkan Rumah Saat Mudik Lebaran, Jangan Lupa Pasang CCTV

Di Pecinan lanjutnya, ia tinggal sejak tahun 1981 menempati rumah petak kecil berukuran 3 x 4 meter peninggalan mertuanya tersebut. Mau tak mau mereka harus berbagi tempat tidur. Ada dua lantai. Yang bagian atas untuk tidur empat orang, yang bawah ditempati 3 orang. Sementara para cucunya bisa tinggal di rumah tetangga.

“Cucu biasa tidur di rumah tetangga itu,” ungkap Bu Jongkis.

Untuk mandi dan buang air? Mereka hidup dengan kondisi toilet yang memang kurang layak.

Kondisi ini kemudian didengar Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Pada Tahun Baru Imlek ia menyambangi rumah warga Tionghoa di sana.

"Ya tentu soal kelayakan harus ditata di antara kita saling peduli dan membantu. Menarik juga, di rumah ini agamanya banyak, mereka hidup rukun bersama-sama,” kata Ganjar yang datang sambil bersepeda.

Ia kemudian memberikan paket sembako. Setelah berbincang-bincang dan bersilaturahim, Ganjar pun melanjutkan keliling ke tempat lainnya.

Laporan: Teguh Joko Sutrisno/tvOne Semarang

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya