Cerita Pawang Buaya Berkalung Ban: Setiap Malam Jumat Saya Kasih Ayam

Buaya berkalung ban di Palu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO

VIVA – Buaya besar di Sungai Palu, Sulawesi Tengah dengan kondisi ban motor mengalung di lehernya jadi perhatian hampir enam tahun belakangan. Ban bekas melilit itu akan membuat buaya menderita dan bisa mati.

4 Ban Mobil Toyota Avanza Hilang Dicuri Saat Parkir

Namun, penderitaan buaya itu diselamatkan Dili (35). Pria penjual burung di Palu itu punya teknik dan pendekatan demi menyelamatkan si buaya.

Dili menceritakan niatnya yang memang mau membantu melepaskan ban dari leher buaya. Dia mengaku banyak yang sinis terhadapnya karena ada cerita mitos kalau ban buaya itu dari alam gaib.

Viral Bengkel di Puncak Bogor Getok Harga Ganti Ban Mobil Rp200 Ribu, Polisi Turun Tangan

"Banyak yang bilang takabur karena endak ada yang bisa lepaskan itu berkalung ban. Dia bilang bukan ban, emas. Saya mau membuktikan," kata Dili dalam Ragam Perkara tvOne yang dikutip VIVA pada Jumat, 11 Februari 2022.

Dia mengatakan sebenarnya buaya itu bukan tak bisa ditangkap. Tapi, memang perlu teknik dan pendekatan untuk menangkapnya. Dia bilang, buaya itu tidak mau dikasari.

Cek 7 Komponen Ini Setelah Mobil Dipaksa Kerja Keras saat Mudik Lebaran

Pawang yang berhasil lepaskan ban dari leher buaya di Palu.

Photo :
  • ANTARA FOTO

Dia menyampaikan tekniknya dengan mendekatinya setiap malam Jumat dan memberi umpan makan ayam. 

"Karena saya ndak pernah kasar. Setiap malam Jumat saya ke sana, saya kasih makan ayam. Setiap malam Jumat saya datang, saya dekati," tuturnya.

"Dia meluncur bersama saya terus. Main-main. Caranya harus baik-baik, memang binatang ini nggak bisa dikasari," lanjut Dili.

Selain itu, ia juga melakukan pendekatan lain yaitu selama tiga pekan dengan memberikan makan burung merpati. Sebelum buaya ditangkap, sekitar 30 ekor merpati sudah dijadikan umpan untuk buaya tersebut.

"Setiap pagi minum air Sungai Palu supaya saya tidak diganggu. Mudah-mudahan saya tidak sia-sia," ujar pria yang mengaku bisa memanggil buaya itu.

Dia mengatakan sebelumnya sempat gagal menangkap buaya tersebut karena tak memiliki uang untuk membeli tali doubel. Sebab, tali besar dua kali lipat diperlukan untuk mengikat buaya saat melepaskan ban.

Menurut dia, tekadnya hanya ingin menyelamatkan buaya. Tak ada niat jelek sedikit pun dengan menangkap reptil besar itu. Ia juga tak percaya soal ban di kalung buaya yang dimitoskan sebagai penjara gaib.

"Banyak orang bicara takabur, ini dipenjara sama gaib. Tidak bisa dibukakan seumur hidup. Makanya saya tidak percaya waktu itu. Ban tetap ban," kata Dili sambil memperlihatkan ban yang sudah digergaji.

Kemudian, ia mengatakan kondisi buaya mengalami luka karena diduga ban yang mengepres tapi badan reptil tersebut membesar. Selain itu, di dalam ban juga ada duri-duri tajam yang membuat Buaya terluka.

"Itu ban motor matic. Di dalamnya ada duri, luka semua. Kalau nggak digergaji, mati itu buaya. Paling (buaya mati) dua tahun lagi," ujarnya.

Terkait sayembara bagi yang berhasil menangkap buaya berkalung ban, Dili mengaku tidak paham. Dia mengatakan niatnya hanya untuk menolong buaya.

"Saya kurang paham pak. Saya ikhlas menolong. Kalau dikasih hadiah syukur, kalau tidak ya saya memang saya bantu, tolong," tutur Dili. 

Sebelumnya, Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah menggelar sayembara bagi warga yang bisa membebaskan buaya dari lilitan ban bekas di lehernya. Berbagai upaya sudah dilakukan BKSDA untuk menangkap buaya dan melepaskan lilitan ban.

Buaya liar berkalung ban itu juga sempat menarik perhatian aktivis hewan luar negeri. Bahkan, pawang buaya asal Australia, Matt Wright juga pernah menangkap untuk melepaskan ban itu tapi juga gagal.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya