Harga Minyak Goreng Selangit, Rizal Ramli: Jangan Rakus Berlebihan

Rizal Ramli
Sumber :
  • VIVA / Willibrodus

VIVA – Ekonom Indonesia, Rizal Ramli melakukan kunjungan ke Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur. Kunjungan tersebut dilakukan menyusul lonjakan harga minyak goreng

Aksi Pelemparan Batu Warnai Pembongkaran Pasar Kutabumi Tangerang

Dalam kunjungannya ini, Rizal melihat harga jual beberapa kebutuhan pokok yang ternyata memang mengalami kenaikan. Terutama kelangkaan minyak goreng.

Menurut Rizal, masalah minyak goreng sebenarnya sederhana karena Indonesia memiliki pasokan yang melimpah karena banyaknya perkebunan sawit. Terutama, Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia.

Emak-emak Hadang Alat Berat Tolak Pembongkaran Pasar Kutabumi

Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli.

Photo :
  • Istimewa.

"Ini sebenarnya masalah sederhana karena ini (minyak goreng,red) adalah barang berlimpah dan penyelesaiannya mudah. Ini bukan barang langka. Kenapa ini berlimpah, karena Indonesia adalah eksportir CPO (Crude palm oil) atau minyak sawit terbesar di dunia dan memiliki kebun sawit terluas," kata Rizal, di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat 1 April 2022.

Selain Konflik Iran-Israel, BEI Beberkan Faktor Lain Penyebab IHSG Anjlok Pasca-Lebaran

Rizal lantas membandingkan permasalahan yang sama ketika menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Indonesia pada tahun 2000 hingga 2001. Pada saat itu, harga CPO juga naik 100 persen, namun dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari satu bulan.

"Dulu juga sama 2000 ketika harga CPO naik di luar negeri lebih dari 100 persen, para penguasa ini mengambil jatah dalam negeri untuk diekspor lagi sehingga harga dalam negeri juga naik di atas 100 persen. Sederhana saja, saya sampaikan pesan kepada pengusaha-pengusaha sawit, baik swasta maupun BUM dan saya menyelesaikan kelangkaan seperti ini kurang dari satu bulan," tuturnya.

Ketika itu, dia meminta, agar penguasa untuk tidak rakus secara berlebihan dengan cara menghabiskan minyak di Tanah Air untuk diekspor. Sehingga jatah dalam negeri berkurang dan menyebabkan kelangkaan. Dia menyelesaikannya dengan beberapa langkah.

"Yang pertama jangan greedy (tamak,red) berlebihan, jangan rakus berlebihan. Semuanya sudah untuk dari pasar ekspor, jangan dong jatah dalam negeri di jual ke luar (negeri)," ungkap Rizal.

"Kedua, kacang jangan lupa kulitnya. Kalian tanam sawit semuanya di tanah negara yang sebetulnya milik rakyat, pada saat tanam sawit pemerintah memberikan kredit bunga murah melalui kredit liquiditas Bank Indonesia. Bunga 1 tahun hanya 2 persen waktu itu. Kredit UKM saja 12 persen bungannya," sambungnya.

Ketiga, Rizal menekankan, agar harga minyak di dalam negeri untuk turun ke harga normal dan mengancaman akan memeriksa pajak semua pengusaha minyak goreng. Apabila pajaknya tidak dibayar dengan benar dan sesuai ketentuan, dia meminta aparat untuk menindak tegas.

"Kalau tidak beres kami tangkap. Apa yang terjadi? Dalam waktu tiga minggu, harga minyak goreng turun lagi," papar dia.

Karena itu, dia melihat persoalan yang sama terjadi lagi hari ini, di mana harga minyak goreng naik dan berimbas pada harga beberapa beberapa kebutuh pokok juga ikut naik.

"Hari ini apa yang terjadi, pemainnya sama, orangnya itu-itu saja, kondisinya juga sama, tapi pemerintah ini tidak punya wibawah di kalangan pengusaha karena mungkin sudah ada yang pada cincai. Jadi dia (Presiden) omong apa saja, swasta tidak mendengarkan karena tidak ada wibawahnya," ungkap Rizal.

Menurut Rizal, persoalannya akan berbeda jika barang yang tidak diproduksi di Indonesia yang mengalami kelangkaan. Sebab, menyelesaikan kelangkaan minyak goreng pasti akan memakan waktu, namun sudah pasti akan selesai masalahnya.

"Mamajemen barang langka lebih susah dari manajemen barang berlimpah. Minyak goreng itu barang berlimpah. Mengatasi kasus barang langkah memang butuh waktu, namun bisa diselesaikan," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya