Strategi Cegah Stunting, Guru Besar UI Sarankan Ini ke Pemerintah

Kampanye cegah stunting di Bundaran HI, Jakarta. (Foto ilustrasi)
Sumber :
  • VIVA/Aiz Budhi

VIVA – Persoalan stunting harus diperhatikan secara serius karena berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia atau SDM negara. Maka itu, masyarakat mesti mendapatkan pemahaman yang holistik sehingga stunting bisa dicegah.

Pemerintah Harus Antisipasi Kebijakan Ekonomi-Politik Imbas Perang Iran-Israel

Demikian disampaikan Guru Besar Bidang Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Prof. Sandra Fikawati. Menurut dia, stunting harus jadi kondisi yang diperhatikan dan diwaspadai dengan upaya pencegahan sejak dini. 

Dia menjelaskan pentingnya fase menyusui atau saat bayi berusia 0 hingga 6 bulan memegang peranan penting dalam pencegahan stunting. Ia mengatakan hal ini bisa dilakukan dengan asupan gizi untuk ibu yang dalam masa menyusui.

Yuddy: Sikap Prabowo Tunjukkan Kepekaan atas Kondisi Geopolitik

Bagi Fika, fase menyusui ini punya peranan penting untuk mencegah stunting pada anak. Ia menyebut sebanyak 23 persen bayi sudah terlahir stunted sehingga perlu ikhtiar lebih optimal saat menyusui untuk mencegah kondisi tersebut berlanjut. Dia bilang kebutuhan gizi ibu menyusui konsumsinya mesti lebih banyak dari ibu hamil. 

"Pada saat ibu menyusui secara eksklusif, bayi itu bergantung sepenuhnya pada ibunya, sehingga pada masa ini perlu diperhatikan gizi ibu," kata Fika, dalam keterangannya, yang dikutip pada Rabu, 6 April 2022.

Atasi Masalah Kepadatan di Penjara, Israel Usulkan Hukum Mati Tahanan Palestina

Dia menyoroti kondisi di Tanah Air saat ini yaitu prevalensi ibu hamil yang menderita kurang energi kronis (KEK) dan anemia cukup tinggi. Menurutnya, dalam kondisi usai persalinan, tak ada waktu lagi bagi ibu untuk memperbaiki status gizinya. "Kecuali dengan mengonsumsi makanan bergizi saat menyusui," tutur Fika.

Ilustrasi Gizi Buruk

Photo :
  • ANTARA/Eric Ireng

Kemudian, ia punya saran untuk pemerintah terutama Kementerian Kesehatan atau Kemenkes dalam upaya mencegah stunting. Saran Fika agar fase asupan gizi terhadap ibu menyusui ini jadi perhatian Kemenkes. 

Dia memang tak menampik Kemenkes punya program khusus pencegahan stunting yang dinamakan Intervensi Gizi Spesifik. Dalam program itu, ada sembilan upaya yang dilakukan untuk mencegah stunting saat sebelum bayi lahir dan setelah lahir. 

Namun, menurutnya, perlu ditambahkan upaya pemberian asupan gizi yang optimal bagi ibu menyusui. Hal ini penting agar jangan sampai kecolongan menjadi stunting di saat dapat ASI eksklusif 6 bulan. 

“Berdasarkan data sebanyak 23 persen bayi ketika lahir sudah dalam kondisi stunted. Itu berarti dia harusnya mengejar ketinggalan karena sudah terlahir stunted," jelas Fika.

Pun, Fika juga mengapresiasi program Kemenkes dalam upaya pencegahan stunting seperti pemberian tablet penambah darah bagi remaja putri. Kemudian, pemberian makanan tambahan protein hewani bagi anak di bawah usia dua tahun atau baduta. 

Sebelumnya, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyampaikan persoalan stunting harus diatasi secara serius. Dia mengatakan demikian karena sekitar 2 hingga 3 persen dari Pendapatan Domestik Bruto atau PDB 'hilang' per tahunnya akibat stunting

Selain itu, stunting juga berisiko menurunkan kualitas SDM suatu negara. Hasto menyebutkan salah satu penyebab utama stunting yaitu kurangnya asupan gizi dalam jangka panjang.

“Penyebab utamanya itu asupan gizi yang kurang secara kronis terus menerus dan jangka panjang, (ibunya) sering sakit-sakitan, dan (pola) asuhannya tidak baik," kata Hasto.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya