BMKG: Kepulauan Sunda Kecil Terjadi Tsunami Lebih dari 22 Kali

Petugas BMKG di pusat pemantauan gempa bumi.
Sumber :
  • M Nadlir

VIVA – Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan bahwa wilayah Kepulauan Sunda kecil meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur telah terjadi tsunami lebih dari 22 kali.

Gunung Kidul Yogyakarta Diguncang Gempa, Getaran Terasa hingga Pacitan

Daryono dalam ruang diskusi PRBBK Inklusif disiarkan secara daring di Jakarta, Jumat, 13 Mei 2022, mengatakan bahwa kejadian tsunami terhitung sejak 1600-an, dan paling banyak terjadi akibat guncangan gempa di sesar naik Flores.

"Jika lihat dari sumber gempa yang di selatan, megathrust itu, ternyata lebih galak, sumber gempa di utara NTT," ujar dia.

Gempa Susulan Masih Terus Muncul, Jumlah Pengungsi di Pulau Bawean Kian Bertambah

Dikatakan pula bahwa rentetan titik gempa di utara Bali, Lombok, Sumbawa, Bima, Manggarai, Flores, adalah deretan sumber gempa aktif yang patut diwaspadai. Misalnya, pada sumber gempa sesar Flores yang bisa memicu tsunami yang hebat di Bulukumba pada tahun 1820.

ilustrasi tsunami

Photo :
  • ANTARA FOTO/Ampelsa
Cuaca Ekstrem Diprediksi Terjadi Selama Mudik Lebaran 2024, BMKG Minta Warga Waspada

Gempa yang terjadi pada tanggal 29 Desember berkekuatan 7,5 berpusat di laut Flores mengguncang NTB, NTT, dan Sulawesi. Gempa itu memicu tsunami di beberapa daerah, seperti NTB, NTT, Sumenep, hingga Pantai Selatan Sulawesi.

Gempa terasa lama sampai 5 menit hingga tsunami setinggi 25 meter menyapu Pelabuhan Bulukumba dan merendam daratan 300-450 meter serta menewaskan 500 orang.

Subduksi dari megathrust Sumba pada tanggal 19 Agustus 1977 memicu gempa berkekuatan 8,3 yang menimbulkan korban jiwa 158 orang dan lebih dari 1.000 orang hilang.

Ia mengatakan bahwa tsunami yang disebut sebagai silent killer karena tsunami itu tidak ada gempanya terjadi di Waiteba pada tanggal 18 Juli 1979. Hal ini memicu tsunami setinggi 7-9 meter. Menurut keterangan Gubernur Ben Mboi, tercatat 539 orang meninggal dan 364 orang hilang.

"Profil pantai di NTT yang curam juga memicu terjadinya longsoran dan memicu tsunami," kata Daryono.

Selanjutnya, tsunami Flores pada tanggal 12 Desember 1992 menyebabkan kerusakan parah di Flores Timur. Korban meninggal lebih dari 2.500 orang. Hal ini terjadi akibat longsoran di dasar laut

Pada 14 Desember 2021 terjadi gempa signifikan M 7,4. Namun, kata dia, pada saat itu terjadi tsunami kecil karena patahan mendatar.

"Pada saat itu sistem kami mengeluarkan warning tsunami dan ternyata benar, tsunami kecil terjadi di pantai utara Manggarai dan laut Flores Timur. Kalau dicek datanya tsunami di Marapokot 7 cm dan di daerah Reo juga," ujar Daryono.

Namun, bila saat itu patahannya naik, menurut dia, tsunami di NTT dengan kekuatan seperti pada tahun 1992 dapat terjadi kembali. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya