Tokoh Senior NU Dukung KSAD Satukan Tokoh Bangsa dan Lintas Agama

KH Marsudi Syuhud.
Sumber :
  • VIVA/Daru Waskita

VIVA - Mantan Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Marsudi Syuhud mendukung Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman dalam menyatukan kembali tokoh lintas agama dan anak bangsa. Menurutnya, upaya Jenderal Didudung tersebut merupakan amal saleh.

4 Sosok Jenderal Bintang 4 Kelahiran Tanah Sunda, Pernah Jadi KSAD dan Panglima TNI

Setuju dan Mendukung

“Ketika Pak Dudung berusaha untuk (menyatukan tokoh lintas agama dan anak bangsa) itu ya saya setuju dan saya mendukung,” kata Marsudi saat dihubungi, Kamis, 9 Juni 2022.

Kedatangan Danjen USARPAC, Jenderal Maruli Tegaskan Akan Perkuat Kerjasama Dengan Militer AS

Pendapat Marsudi ini terkait perihal langkah Jenderal Dudung yang mencoba menyatukan tokoh lintas agama dan semua elemen anak bangsa.

Baca juga: Mardani PKS Minta KSAD Terus Perjuangkan Kepentingan Umat Islam

Jenderal TNI Maruli Ungkap Fakta Serius Ancaman Pertahanan Indonesia

Silaturahmi ke Para Kiai dan Kunjungi Gereja

Ini terkait Dudung yang sudah membangun silaturahmi dengan kiai-kiai di sejumlah pesantren. Selain itu, Dudung juga mengunjungi Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI).

Marsudi mengatakan sebagai anak bangsa Jenderal Dudung memang berhak dan memiliki kewajiban menjaga keberagaman dan persatuan bangsa.

“Karena kita sudah diikat dengan tali mu’ahadah wathaniyah, negara kebangsaan, musyawarah mufakat untuk menyatukan diri dari perbedaan-perbedaan yang ada,” katanya.

Bangsa Indonesia Beraneka Ragam

Sebab, lanjut dia, anak bangsa Indonesia beraneka ragam, termasuk dalam hal agama. Keanekaragamanan ini harus dijunjung tinggi. Marsudi kemudian mencontohkan keanekaragaman Indonesia dengan Negara Madinah pada saat dipimpinan Nabi Muhammad SAW.

“Di Madinah itu ada anak bangsa, ketika itu ada yang Nasrani, Yahudi, Majusi, dan Islam. Islam ada (kaum) Muhajirin dan Ansor. Semua anak bangsa itu termasuk suku-sukunya dan qobail-qobailnya itu disatukan dengan perjanjian Madinah,” katanya.

Menurut Marsudi, perjanjian Madinah tersebut adalah terkait kesepakatan hidup bersama, rukun dan harmonis kendati berbeda-beda keyakinan.

“Barang siapa yang yang sepakat sependapat untuk bersama-bersama hidup bersatu padu walau berbeda-berbeda, mereka yang beda-beda itu tadi menjadi bangsa yang satu,” katanya.

Berharap Tidak Ada Provokasi

Ia berharap tidak ada pihak-pihak yang melakukan provokasi untuk memecah belah persatuan dan keberagaman Indonesia. Jika ada yang mencoba melakukan provokasi, Marsudi mengatakan hal itu perlu dilawan. Tapi, cara melawannya, jangan dengan kekerasan.

“Karena ini sebuah pemahaman, sebuah paham, maka melawannya harus pakai paham. Bagaimana cara melawan pakai paham? Ya paham-paham kita, ajaran Rasulullah, ajaran agama tinggal diikuti saja. Wong dulu para pendiri bangsa ini mengikuti cara Rasulullah ketika membangun negara Madinah, gitu. Cara melawannya ya jangan dengan cara kekerasan juga. Cara melawannya dengan cara memberikan pemahaman,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya