Kenaikan Harga BBM di Tengah Pandemi COVID-19 Dinilai Salah

Sekretaris Jenderal Syarikat Islam, Ferry Joko Juliantono.
Sumber :
  • Istimewa/Syaefullah

VIVA Nasional - Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Syarikat Islam, Ferry Juliantono, menyatakan bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) saat rakyat sedang susah di tengah situasi ekonomi yang sedang sulit akibat efek pandemi COVID-19 adalah keputusan yang salah.

Pakar Sebut Fakta Mengejutkan soal BBM Pertalite

Infalsi yang Meroket

Ia menyampaikan akibat lain kenaikan harga BBM ini adalah inflasi yang meroket, kenaikan harga barang, daya beli turun, pemutusan hubungan kerja, sementara bantuan langsung tunai sebagai pengalihan subsidi hanya mampu beberapa bulan saja.

Ada yang Berubah dari Pertalite di Papan Harga SPBU

Petugas SPBU mengganti papan Harga BBM.

Photo :
  • VIVA/Foe Peace Simbolon

"Ujung semua kondisi ini pemerintah sendiri yang akan rugi, tingkat kepercayaan publik rendah, pemerintah dianggap tak cakap mengelola ekonomi sampai memicu potensi ketidak stabilan akibat perlawanan rakyat," kata Ferry menanggapi keputusan pemerintah menaikkan harga BBM di Jakarta, Senin, 5 September 2022.

Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024, Konsumsi Pertamax Series Naik 9 Persen

Baca juga: Legislator Gerindra Sebut BBM Naik Buat Orang Miskin RI Bertambah

Rakyat Sedang Susah

Menurut Ferry, pendekatan kebijakan keuangan negara yang masih neo liberal yang pro pasar bukan pro rakyat. Ia mengatakan keadaan rakyat saat ini sedang susah karena pandemi sekarang ditekan lagi dengan kenaikan harga BBM.

"Dan kenaikan ini menyebabkan inflasi yang tinggi yang menyebabkan sebagian besar rakyat tambah jatuh bangun untuk bertahan hidup," katanya.

Nozzle BBM Pertalite dan Pertamax di SPBU Abdul Muis.

Photo :
  • ANTARA PHOTO/M Agung Rajasa/ss/aww.

Dampak yang Besar

Ferry menambahkan keputusan pemerintah yang salah akan menimbulkan dampak sosial politik yang besar. Gelombang protes rakyat menjadi wajar ketika aspirasi mereka semakin tidak terdengar.

"Ada perasaan umum di masyarakat bahwa negara makin tidak adil," tutur Ferry yang juga pernah dipenjara pada tahun 2008 selama setahun karena menentang kenaikan harga BBM.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya