Ketua DPD Pertanyakan Penggunaan Gas Air Mata di Kanjuruhan

Ketua DPD RI AA La Nyalla Mahmud Mattalitti.
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA Nasional - Ketua DPD, AA La Nyalla Mahmud Mattalitti, menyesalkan pola penanganan terhadap suporter yang turun ke stadion oleh polisi, dengan menghajar dan menembaki gas air mata. Sebab, hal itu dinilai juga memberikan imbas kepada para penonton, yang ada di bagian tribun.

Asosiasi Sepak Bola Palestina Serukan Sanksi Terhadap Tim Israel pada Pertemuan FIFA

Gas Air Mata Sebabkan Kepanikan

Akibat kepanikan massal dan dampak dari gas air mata, La Nyalla mengatakan bahwa ratusan orang berdesakan yang ingin keluar dari tribun akhirnya menjadi korban.

Kondisi Terkini Wonderkid Timnas Indonesia Ronaldo Kwateh Usai Lama Tak Terdengar Kabarnya

Lemahnya Koordinasi

Mantan Ketua Umum PSSI itu juga menilai, hal itu membuktikan lemahnya koordinasi. Padahal sebelum match, pasti ada rakor pengamanan antara Panpel dengan Kepolisian.

Mantan Pemain Malaysia Puji Timnas Indonesia: Mereka Kerja saat Kami Istirahat

"Entah apa alasan yang membuat polisi menembakkan gas air mata ke tribun, sehingga membuat kepanikan massal," ujarnya.

Laga Arema FC vs Persebaya berakhir ricuh di Stadion Kanjuruhan Malang.

Photo :
  • twitter

Strategi Evakuasi

Dia mengatakan, strategi evakuasi yang utama adalah mengamankan pemain, dan itu sudah dilakukan. Selanjutnya tinggal mencegah penonton melakukan perusakan atau saling serang antara dua kubu.

"Sambil semua pintu keluar dan jalur evakuasi dibuka untuk pengosongan stadion," kata LaNyalla.

Jelas Salahi Aturan FIFA

Senator asal Jawa Timur itu menambahkan, pengosongan tribun dengan menembakkan gas air mata, jelas menyalahi aturan FIFA. Dengan adanya korban jiwa dari ratusan pendukung Arema yang meninggal setelah terjadi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang tersebut, La Nyalla pun menyebut peristiwa ini menjadi catatan kelam sepakbola nasional.

Dia mengaku turut berdukacita atas peristiwa tersebut, dan meminta semua stakeholder sepakbola nasional melakukan evaluasi agar kejadian serupa tidak terulang.

"Kerusuhan sepakbola memang pernah terjadi. Tapi kejadian di Kanjuruhan ini sangat luar biasa, karena jumlah korban sangat besar. Sebuah catatan kelam bagi persepakbolaan nasional, bahkan dunia. Saya prihatin dan menyesalkan kenapa hal itu harus terjadi," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya