Densus 88 dan Pemprov Jateng Kolaborasi Putus Regenerasi Teroris

Direktur Idensos Densus 88, Brigjen Pol Arif Makhfudiharto, bertemu Wagub Jateng Taj Yasin Maimoen.
Sumber :
  • Istimewa.

VIVA Nasional - Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berkomitmen untuk memutus mata rantai radikal teror di lingkungan keluarga. Salah satunya, terkait anak dari narapidana terorisme maupun eks napiter untuk diarahkan ke pondok pesantren yang moderat.

Negara Ini Tuduh Iran sebagai Negara Teroris, Kok Bisa?

Masukkan Anak ke Ponpes yang Punya History dengan Aktivitas Teror

Sebab, kecenderungan dari orang tua dengan latar belakang tersebut akan memasukkan anak-anak mereka ke ponpes yang terafiliasi maupun punya history dengan aktivitas radikal teror. Salah satu tujuannya, regenerasi.

5 Polisi di Kolaka Ditangkap karena Keroyok Warga hingga Babak Belur, Kapolres Minta Maaf

Jadikan Masyarakat yang Bisa Diterima Lingkungannya

Arif mengatakan hal itulah yang perlu kerjasama untuk mencari solusinya. Ia ingin menjadikan mereka masyarakat yang bisa diterima lingkungannya secara luas termasuk anak-anak mereka sehingga, mereka punya wawasan nasionalisme, mencintai tanah airnya.

Brigjen Nurul Bicara Strategi STIK Lemdiklat Cetak Pemimpin Polri yang Mumpuni

"Tidak lagi mengembangkan ajaran-ajaran yang ekstrem, yang merugikan kehidupan berbangsa dan bernegara di kemudian hari," lanjut Arif.

Ilustrasi penangkapan teroris (www.aa.com.tr/id)

Photo :
  • vstory

Gus Yasin Tokoh yang Lahir dengan Latar Belakang Pesantren

Terkait Taj Yasin alias Gus Yasin, lanjut Arif, dipandang sebagai sosok yang pas untuk bisa bekerja sama mengurai persoalan tersebut. Apalagi, Gus Yasin memang tokoh yang lahir dengan latar belakang pesantren.

Ada harapan ketika menggandeng Gus Yasin, akan lebih mudah menggandeng berbagai ponpes moderat untuk bersama-sama membimbing dan melakukan pendampingan terhadap eks napiter, napiter, keluarganya hingga anak-anak mereka.

"Kami mencoba mengurai (persoalan) dari semua lini. Kalau tidak dibantu kyai, ulama-ulama yang punya pemikiran kebangsaan, tentu kami sulit menjadikan mereka moderat (pemikirannya). Itulah kiranya kami melakukan kerjasama," tambah Arif.

Sambut Baik

Sementara, Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin Maimoen, menyambut baik untuk bersama-sama Densus 88 menyelesaikan persoalan ini.

"Ada pemetaan langkah-langkah strategis," kata orang nomor 2 di Jawa Tengah ini.

Putra dari mendiang Kiai Maimoen Zubair ini menjelaskan orang dengan pemahaman radikal punya kecenderungan merasa paling benar. Sebabnya, kata Gus Yasin, bisa jadi karena salah memilih guru atau keliru dalam memahami agama.

Kepala Unit Idensos Satgaswil Jawa Tengah Densus 88 Antiteor Polri AKBP Bambang Prasetyanto menambahkan data teranyar hingga awal Oktober ini ada 237 eks napiter di Jawa Tengah, 131 orang di antaranya tingkat radikal hijau dan 106 radikal merah. Warna merah ini sebagai simbol bagi yang tetap teguh mempertahankan ajaran lamanya di lingkaran radikal teror, sementara hijau sebagai simbol bagi yang sudah kooperatif.

Sementara jumlah napiter yang ditahan di Jawa Tengah sebanyak 211 orang.

"Tersebar di 12 lapas di Jawa Tengah, baik di Nusakambangan maupun luar Nusakambangan. Kalau eks napiter tersebar di 27 kabupaten atau kota," kata Bambang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya