Kekeliruan dalam Meliput Konflik Beragama

bedah modul pedoman peliputan media toleran yang digelar Kementerian Agama.
Sumber :
  • Humas Kemenag RI

VIVA NasionalPemerhati media, Savic Ali, mengungkapkan, sumber dan narasumber sangat penting dan berpengaruh besar pada kualitas karya jurnalistik. Terutama pada peliputan konflik yang sangat sensitif, seperti konflik beragama.

Selesaikan Persoalan Papua, Jusuf Kalla Beri Saran Begini ke Prabowo-Gibran

Itu sebabnya, salah satu hal penting yang perlu diperhatikan wartawan ketika meliput konflik adalah menggali informasi dari narasumber. Dan kualitas informasi yang diberitakan ditentukan antara lain oleh kualitas dan kredibilitas narasumber.

"Karena itulah wartawan harus pandai memilih narasumber," kata Savic Ali dalam acara bedah modul pedoman peliputan media toleran yang digelar Kementerian Agama (Kemenag) RI di Bogor, Minggu 11 Desember 2022.

Umat Buddha Akan Rayakan Waisak 2568 BE dengan Tema Kesadaran Atas Keberagaman

Savic Ali menambahkan, ada lima tingkatan narasumber yang harus diperhatikan wartawan dalam melakukan peliputan konflik. Yaitu: pelaku, korban, saksi mata, pihak berwenang, dan pengamat. Terkadang ada kekeliruan dalam hal ini.

Dalam melakukan liputan konflik, terkadang wartawan menjadikan pihak berwenang menjadi narasumber di hierarki pertama. Dengan berbagai alasan, seperti lokasi konflik yang jauh dan tidak terjangkau. Padahal narsumber tingkatan teratas adalah pelaku dan korban.  

Usai Memilih Mualaf, Davina Karamoy Belum Siap Kenakan Hijab

"Dalam hierarki berita konflik aparat bukan di hierarki pertama. tapi pelaku dan korban. Pelaku dan korban dalam suatu peristiwa konflik sama-sama memiliki kedudukan dan peran yang penting dalam proses liputan. Sehingga wartawan akan memiliki perspektif yang utuh," papar Savic Ali.

Peran saksi mata juga sangat penting. Seringkali saksi mata memiliki informasi yang detail yang tidak dimiliki, baik oleh pelaku maupun korban. Baru kemudian pihak berwenang yang memiliki kewenangan tertentu yang berhubungan dengan peristiwa dan masalah yang hendak diberitakan.

Terakhir, pengamat yang tidak langsung menyaksikan terjadinya suatu peristiwa tapi memiliki keahlian yang mungkin tidak dimiliki narasumber lain. Namun wartawan juga harus jeli dalam memilih narasumber pengamat.

"Ada banyak kejadian, pengamat tidak menguasai persoalan, tapi hanya punya atribut soal bidang itu. Dan itu biasa dilakukan di media di Indonesia ," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya