Korban Konflik Beragama Kerap Diabaikan

Ilustrasi korban penganiayaan.
Sumber :
  • U-Report

VIVA NasionalKorban dalam konflik sosial merupakan bagian yang krusial dalam peliputan konflik. Berita yang dipublikasikan oleh jurnalis harus bisa menguatkan korban. Yaitu dengan menggambarkan realitas secara akurat dan objektif seraya tetap berpihak kepada korban.

Penghulu dan Penyuluh Dilibatkan Sebagai Aktor Resolusi Konflik Berdimensi Agama

Hanya saja, terkadang hal ini abai dilakukan. Para korban kerap mendapat sedikit porsi dalam pemberitaan, khususnya pemberitaan konflik beragama atau konflik sosial.

"Kebanyakan di berita kita, korban tidak cukup dikasih 'suara'." kata pemerhati media, Savic Ali dalam acara bedah modul pedoman peliputan media toleran yang digelar Kemenag RI di Bogor, Minggu 11 Desember 2022.

Pembunuhan Wanita Hamil di Kelapa Gading, Pelaku Rampas Ponsel Korban Sebelum Kabur

"Misalnya dalam konflik dengan kaitan aliran sesat, para korban sedikit dikasih porsi," lanjutnya.

Savic Ali menambahkan, terkadang media justru memberikan porsi lebih pemberitaan dari pihak berwenang dan lembaga keagaaam. Di sisi lain, pihak korban kerap terabaikan. Ini dianggapnya menjadi kekeliruan dalam peliputan konflik.

Terungkap, Penyebab Tewasnya Wanita Muda yang Ditemukan Mengambang Di Kali Mookervart Cengkareng

"Umumnya media memilih aparat kemudian MUI. Sementara korbannya nyaris tidak terdengar. Padahal di konflik aliran keagamaan, ada banyak vairan-varian. Mereka terkadang dikaitkan dengan kelompok yang dianggap sesat.”

Dengan kata lain, ketika melakukan peliputan, jurnalis harus mengidentifikasi kelompok yang paling rentan dalam suatu konflik. Apalagi sering kali dalam suatu konflik sosial, banyak pihak yang merasa dan mengaku bahwa mereka adalah korban konflik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya