Sebelum Dapat Kabar Prakosa Wafat, Megawati Cerita ke Hasto soal Pohon Pemberian

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menghadiri pemakaman M Prakosa
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Nasional – Kabar wafatnya Muhammad Prakosa diterima oleh Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Sekjen-nya Hasto Kristiyanto, ketika sedang berada di Bali, melaksanakan tugas. Saat itu, entah kenapa Megawati tiba-tiba mengingat M.Prakosa, termasuk pohon Saninten yang dulu pernah diberikannya.

5 Pernyataan Sikap PDIP Usai MK Tolak Gugatan Ganjar-Mahfud

Diceritakan Hasto saat memberi kata di proses pemakaman M.Prakosa, dirinya ditelepon oleh Menlu RI Retno Marsudi pada 17 Januari. Isinya, kabar bahwa Prakosa meninggal dunia.

“Tanggal 17 Januari 2023, Ibu Mega saat itu sedang berada di Bali, saya mendapat telepon itu, mengabarkan Bapak Muhammad Prakosa dipanggil Tuhan yang Maha Kuasa,” kata Hasto.

Gelar Rakornas, PDIP Mulai Panaskan Mesin Partai untuk Pilkada Serentak 2024

“Saya mendapat informasi itu jam 5 sore waktu Bali. Siangnya sekitar jam 11.30 itu, saya mendampingi Ibu Mega, waktu di Bali beliau ini merawat tanaman sambil berkontemplasi. Tiba tiba Ibu Mega menunjukkan sebuah pohon, itu pohon dari Prakosa, kata Ibu Mega,” tambah Hasto.

Nasib Pertemuan Prabowo Subianto dengan Megawati Pasca Putusan MK

Baginya, ada ikatan mata hati yang kuat antara seorang Prakoso dengan Megawati. Apalagi keduanya memang sama-sama sosok yang mencintai alam.

“Karena dialog antara Ibu Mega dan Pak Prakosa ini penuh diwarnai dengan dialog dari mata hati. Dialog untuk mencintai alam, mencintai bumi pertiwi. Dan dengan Bapak Muhammad Prakosa, Ibu Mega betul-betul mendapat teman sejawat,” kata Hasto.

Hasto mengatakan, bila saat ini PDIP gencar mendorong Gerakan Merawat Bumi, maka itu tak lain adalah hasil dari kesatupaduan kepemimpinan Megawati sebagai ketua umum, dan Prakosa. “Ini kemudian mampu membangun suatu kultur untuk mencintai lingkungan,” imbuh Hasto.

Dia lalu menyampaikan pesan dari Megawati untuk keluarga Almarhum Prakosa.

“Kepada keluarga yang ditinggal, pesan Ibu Mega janganlah bersedih karena Pak Prakosa telah memberikan dedikasi yang terbaik. Dan alam telah menjadi saksi dengan Gerhan, Gerakan Penghijauan, yang telah beliau canangkan ketika menjadi Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, telah menghasilkan oksigen bagi kehidupan, telah menggerakkan anak-anak bangsa untuk mencintai lingkungan, membersihkan sungai, menyelamatkan mata air kehidupan dan itulah jasa dari Bapak Muhammad Prakosa,” urai Hasto.

Hasto sendiri tak dapat menahan sedihnya dan dengan suara bergetar penuh kesedihan, mengucapkan selamat jalan untuk Prakosa, yang juga dikenal sebagai sahabatnya itu. Dia menyebutkan seluruh kader Partai telah bergotong royong, khususnya DPC PDI Perjuangan Kota Bantul dengan menggelar prosesi pemakaman dengan penuh penghormatan terhadap Alm. Prakosa.

Untuk diketahui, Hasto Kristiyanto hadir mewakili Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dan jajaran keluarga besar partai, pada Selasa (24/1/2023), untuk melepas jenazah Prakosa, yang terakhir menjabat sebagai Dubes RI di Italia. Jenazah disemayamkan di rumah duka, Pedukuhan Gresik, Kalurahan Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipura, Bantul. Pemakaman masih berada di dekat lokasi tersebut.

Dalam prosesi itu, Dirjen Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri Umar Hadi mengatakan pihaknya mengenang Prakosa sebagai sosok sederhana, bersahaja, dan sangat setia dalam melaksanakan tugas demi bangsa dan negara. 

“Almarhum telah banyak berjasa bagi negara, bangsa, dan bagi rakyat Indonesia. Kehidupan almarhum telah membawa banyak manfaat bagi orang banyak. Almarhum dikenal memiliki integritas tinggi, pemikir, membumj, dan seorang yang sangat bersahaja. Kita mengenang jasa beliau dalam berbagai tugas negara yang diembannya,” kata Umar Hadi di depan khalayak saat prosesi pemakaman.

Dirjen Planologi Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kemenhut dan LH, Ruandha Agung Suardiman, mengatakan Almarhum Prakosa adalah salah satu putra terbaik bangsa. Almarhum Prakosa pernah menjabat Menteri Kehutanan di 2001-2004, yakni masa-masa yang paling sulit.

“Periode 2001-2004 itu adalah periode berat karena harus mengawali reformasi kehutanan. Dan di masa kepemimpinannya itulah dasar reformasi kehutanan. Kami sangat berbelasungkawa dan berduka mendalam atas meninggalnya almarhum, serta terima kasih atas pengabdian terbaik almarhum bagi bangsa dan negara,” kata Ruandha.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya