- Biro Pers Istana Presiden/Abror Rizki
VIVAnews - Prediksi ahli-ahli gempa bahwa potensi gempa besar masih terus mengancam berbagai wilayah Indonesia, ditanggapi dengan serius oleh Istana Presiden.
Setelah sebelumnya mengumpulkan 25 pakar gempa se-Indonesia dan mengusulkan pembentukan Komite Nasional Gempa, Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana dalam waktu dekat menyelenggarakan pelatihan kepemimpinan dalam manajemen krisis (Crisis Management Leadership) bagi para kepala daerah.
Tidak main-main, kali ini Kantor SKP BSB menggandeng tim dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, untuk menjadi pemateri dalam pelatihan tersebut. “Tim Harvard yang dipimpin Professor Antony Saich akan berada di Indonesia pada tanggal 24-29 Juni," ujar Soeyanto PhD (Cand.), Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana.
"Kami mengalokasikan waktu sehari penuh untuk melatih bupati, walikota, dan gubernur mengenai kepemimpinan dalam manajemen krisis. Pelatihan ini penting, mengingat dalam banyak kasus, para pemimpin di daerah kelihatan gamang dalam merumuskan langkah-langkah yang cepat dan tepat apabila terjadi gempa di wilayahnya,” kata Soeyanto.
Antony Saich merupakan salah satu pakar terkemuka dalam bidang hubungan pemerintah dan masyarakat di Asia, khususnya dalam studi mengenai pelayanan publik. Beberapa pokok bahasan yang akan diberikan dalam pelatihan, antara lain manajemen risiko dari bencana besar, pengelolaan tantangan tanggap darurat, pemilihan model manajemen bencana yang tepat, serta penguatan kesiagaan bencana di Indonesia.
“Beberapa kepala daerah sudah menyatakan tertarik untuk ikut. Pelatihan ini akan menambah pemahaman bupati atau walikota mengenai pentingnya mengambil inistiatif dengan tidak melupakan mekanisme koordinasi yang ada. Mereka juga akan didorong untuk mencari pola yang tepat dalam rangka kampanye sadar gempa di wilayah masing-masing,” kata Soeyanto secara tertulis ke VIVAnews.
Tim yang sebagian besar merupakan pengajar di Sekolah Ilmu Pemerintahan John F. Kennedy, Universitas Harvard, menurut rencana juga akan bertatap muka dengan para pakar gempa dari berbagai kampus dan lembaga riset di Indonesia serta pejabat-pejabat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Selain itu, mereka dijadwalkan mengunjungi Sekolah Pasca Sarjana Bidang Gempabumi dan Tektonik Aktif (Graduate Research School for Earthquake and Active Tectonics/ GREAT) milik Institut Teknologi Bandung. Program pascasarjana dengan kekhususan studi gempa tersebut merupakan yang pertama di Asia Tenggara dan akan diresmikan dalam waktu dekat. (hs)