Besok Puasa, Pesan Ketum Muhammadiyah: Soal Hidup Mewah hingga Perbedaan Politik dan Awal Puasa

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Sumber :
  • Dok. PP Muhammadiyah

VIVA Nasional – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, menyampaikan ada 4 makna puasa, yang sekaligus menyambut 1 Ramadhan 1444 H atau awal mulainya ibadah puasa. Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid, telah menetapkan pada Kamis 23 Maret 2023 adalah bertepatan 1 Ramadhan 1444 H atau awal mulainya puasa.
 
"Muhammdiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid dengan metode hisab wujudil hilal telah menetapkan bahwa untuk awal dimulainya puasa Ramadhan pada tahun ini 1444 H, insya Allah akan dimulai pada tanggal 23 Maret 2023. Dan dalam hitungan Majelis Tarjih dan Tajdid 1 Syawal 1444 H yakni Idul Fitri akan jatuh pada tanggal 21 April 2023," jelas Haedar, dalam keterangannya, Rabu 22 Maret 2023.

Ninja Xpress: Pengiriman Paket Melonjak 20 Persen saat Ramadhan 2024

Maka dari itu, sebagai umat Muslim, kata Haedar, sudah sewajarnya untuk menyambut dengan marhaban ya Ramadhan. Ibadah di bulan Ramadhan juga menjadi ibadah rutin yang dilaksanakan setiap tahunnya.

Dimana tujuannya, adalah semakin mendekatkan manusia kepada Allah SWT. Sehingga menjadi manusia yang bertakwa. Sebab takwa adalah salah satu sifat utama muslimin.

Meninggalnya Babe Cabita Ternyata Bikin Para Sahabat Iri, Kok Bisa?

"Jadikan puasa sebagai proses pembentukan ketakwaan kita yang melahirkan spritualitas utama, spritulitas luhur yang menunjukkan kita menjadi pribadi yang rohaniahnya mengalami miraj atau peningkatan kualitas tertinggi," jelasnya. 

Maka jelas Haedar, harus ada peningkatan kebaikan hidup manusia melalui puasa. Tidak hanya dalam hubungan dengan Sang Pencipta, tetapi juga dengan sesama manusia dan lingkungan sekitarnya. Dia berharap, puasa Ramadhan tidak berhenti pada rutinitas saja. Tapi juga ada signifikansi peningkatan pada kualitas.

Pesan Penting Haedar Nashir untuk Prabowo Usai Ditetapkan Presiden Terpilih

Haedar mengatakan, ada nilai-nilai spiritualitas dalam ibadah puasa. Pertama, semakin mendekatkan manusia dengan Allah SWT. Sebab seluruh ibadahnya manusia, termasuk salat, diabadikan kepada Allah.

Maka dari itu, kata Haedar, dengan ketaatan kepada Allah SWT maka kita akan menjadi orang-orang yang baik, dan menjauhi hal-hal buruk.

"Bagi orang yang dekat dengan Allah, dia tidak akan menyimpang, dia tidak akan korupsi, dia tidak akan menyeleweng, dia tidak akan melakukan hal-hal buruk," katanya.

Kedua, Haedar berpesan bahwa puasa membuat kita semakin bertakwa dan menjadi orang y ang berahlak mulia. Karena salah satu fungsi puasa adalah membentuk insan yang berahlak mulia.

Orang yang berpuasa, maka jiwanya tunduk pada Tuhannya. Sehingga melahirkan kebaikan dalam diri. Mampu menahan marah dan amarah, serta memberi maaf, karena itu menjadi salah satu sifat takwa.

"Ketika hari-hari ini kita diresahkan oleh perilaku mewah sebagian anak bangsa, sebagian elit bangsa, maka saatnya puasa dijadikan sarana untuk menundukkan diri agar kita tidak menjadi orang-orang yang berlebihan. Karena puasa mengajarkan kita untuk belajar tidak berlebihan. Makan minum tetapi jangan berlebihan," jelasnya... 

Sebab lanjut Haedar, sikap untuk hidup mewah pada dasarnya bertentangan dengan kebiasaan dan kebaikan puasa. Juga bertentangan dengan ajaran agama secara keseluruhan.

Ketiga, puasa membentuk orang menjadi bertakwa sehingga kita menjadi orang-orang yang selalu menjaga persatuan, keutuhan hidup. Juga selalu menjaga persaudaraan.

Haedar mengisahkan, ada orang yang mengajak bertengkar. Tetapi nabi mengajarkan untuk menjawab bahwa kita sedang berpuasa. Karena puasa menahan marah dan kebencian, serta segala bentuk pertengkaran.

"Ini bisa diproyeksikan dalam kehidupan kita sehari-hari ketika ditubuh bangsa ini ada terjadi perbedaan-perbedaan paham pandangan politik dan lain sebagainya, maka dengan puasa kita diajarkan hidup damai, diajarkan untuk hidup rukun, dan diajarkan untuk hidup bersaudara atau bersatu," jelasnya.

Untuk itu, puasa bisa membentuk umat Muslim di Indonesia sebagai aktor yang bisa mencegah terjadinya konflik. Aktor yang mampu mencegah perpecahan dan keretakan akibat konflik. Sehingga puasa harus mampu mempersatukan manusia sebagai umat dan bangsa.

Keempat, Haedar menyoroti perbedaan dalam penetapan 1 Ramadhan 1444 H. Antara pemerintah dan Muhammadiyah, tak jarang penetapan 1 Ramadhan hingga 1 Syawal atau Idul Fitri dan Idul Adha, juga berbeda. Haedar mengatakan, ini juga karena di dunia belum ada kalender Islam global. Sehingga perbedaan itu memungkinkan terjadi.

Di tengah perbedaan itu, dia mengajak untuk semua pihak saling bertoleransi. Maka ia harapkan juga lantaran perbedaan ini terjadi olok-olok dan saling menyalahkan ijtihad masing-masing.

"Selayaknya kita dengan puasa kita mengambil sari dari ibadah itu untuk menjadi insan-insan yang toleran, insan-insan yang membawa kita pada ukhuwah. Dengan cara toleran kita akan bisa hidup saling menghormati," jelas Haedar.

Dia juga berharap kepada ilmuwan, para ulama dan tokoh-tokoh, untuk saling toleran dan menghargai perbedaan tersebut. Tidak membuat pernyataan yang bisa menimbulkan perpecahan.

"Khusus bagi para ilmuwan, ulama dan tokoh seyogyanya hindari pernyataan-pernyataan dan berbagai penilaian yang justru akan membuat kita saling tidak toleran bahkan membuka peluang pada retak dan perpecahan di tubuh umat dan bangsa," jelas Haedar.

Dia memberi contoh bagaimana Imam Syafii yang kerap kali menjadi rujukan ulama, bersikap arif menyikapi perbedaan. Walau dia adalah seorang ulama besar.

"Yang beliau (Imam Syafii) mengatakan bahwa pendapat ku benar tetapi ada kemungkinan salah. Dan pendapat orang lain salah tetapi ada kemungkinan di dalamnya kebenaran," kata Haedar. 

Maka menurutnya, sudah sewajarnya perbedaan dimaknai demikian. Dia berharap semua bisa mempelajari kearifan seperti yang ditunjukkan Imam Syafii tersebut.

"Saya percaya bahwa pemerintah dan semua kekuatan bangsa akan menegakkan toleransi di atas perbedaan-perbedaan dalam praktik beragama sebagai bagian dari ijtihad yang harus saling dihormati dan diberi ruang oleh Rasulullah," paparnya.

"Semoga puasa semakin membuat kita melahirkan pribadi-pribadi yang luhur dan utama," tutup Haedar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya