- Antara/ Widodo S Jusuf
VIVAnews -- Wakil Ketua DPR RI, Priyo Budi Santoso mengaku geram dengan insiden penangkapan tiga staf Kementerian Kelautan dan Perikanan oleh aparat polisi perairan Malaysia.
"Kali ini sudah keterlaluan. Aparat Diraja Malaysia sudah terlalu sering meremehkan kita," kata Priyo dalam pesan pendeknya yang diterima VIVAnews, Selasa 17 Agustus 2010.
"Sebagai pimpinan dewan saya gregetan terhadap sikap pemerintah kita yang kurang tanggap, tidak tegas, tidak ada reaksi balik yang membuat kita bangga sebagai bangsa yang besar."
Ditambahkan politisi Partai Golkar itu, santun dalam berdiplomasi bukan berarti adem ayem.
"Kewibawaan pemerintah kita telah pudar. Saya meminta kepada Menhan, Panglima TNI, Kapolri, dan komandan Angkatan Laut kita yang bertugas di perbatasn Malaysia untuk tidak ragu menangkap kapal-kapal Malaysia yang masuk teritori kita," kata Priyo.
Kepada Menteri Luar Negeri, Priyo meminta memperingatkan otoritas Malaysia karena telah melakukan provokasi yang membahayakan hubungan kedua negara.
Polisi air Malaysia menangkap tiga staf kementerian Kelautan dan Perikanan yang sedang melaksanakan tugasnya, berpatroli dan menangkap tujuh nelayan Malaysia yang melanggar batas wilayah. Insiden Jumat 13 Agustus 2010 itu membuat hubungan dua bangsa kembali panas.
Baik tiga staf KKP maupun tujuh nelayan Malaysia telah dibebaskan, namun Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa menyatakan Malaysia telah melanggar garis batas perbatasan kedua negara.
Atas pelanggaran batas wilayah perbatasan itu, Indonesia sudah melayangkan protes kepada Malaysia.
Di sisi lain, pihak Malaysia pun melayangkan protes atas pengrusakan properti kedutaannya di Indonesia yang dilakukan massa tertentu. (sj)