Bangun Ratusan Smelter, Pengamat Apresiasi Bahlil Konsisten Genjot Hilirisasi

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia tampil mengenakan dasi berwarna kuning di Sidang Tahunan MPR Tahun 2024 (sumber foto: Dokumen DPR/MPR/DPD)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Yeni Lestari

Jakarta, VIVA –  Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, mengapresiasi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia yang konsisten menggenjot hilirisasi tambang melalui pembangunan smelter.

Kelakar Prabowo ke Bahlil: Walau Kampusnya Tak Ada di Google, tapi Boleh Juga Orang Ini

Menurut Fahmy, dengan terbangunnya lebih dari 108 smelter di Indonesia, proses hilirisasi dapat diperlancar dan dipercepat, sehingga memberikan nilai tambah dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

“Menurut saya itu cukup bagus karena memang dibutuhkan smelter untuk tambang. Kita memiliki banyak sumber tambang, bukan hanya nikel yang saat ini sedang dikembangkan,” ungkap Fahmy.

Bahlil di Depan Prabowo: Di Golkar, Ketua Umum Belum Tentu Jadi Presiden

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dan Yusril Ihza Mahendra

Photo :
  • VIVA/Yeni Lestari

Fahmy menambahkan bahwa baru di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kebijakan pengolahan hasil tambang di dalam negeri dapat dijalankan secara konkret.

Bahlil soal Pilkada: Kalau Kalah Jangan Menyalahkan Institusi Lain Dong

Oleh karena itu, Fahmy juga mendorong agar pembangunan smelter tidak hanya terbatas pada tambang nikel, tetapi juga untuk hasil tambang lainnya, sebagaimana diamanatkan undang-undang.

“Nah tambang-tambang yang lain itu sesungguhnya menurut undang-undang harus dimurnikan dan diolah di dalam negeri melalui smelter dan baru sekarang jadi saya apresiasi itu akan memperlancar proses hilirisasi dari hasil tambang itu satu,” tambahnya.

Fahmy juga bersyukur bahwa para investor smelter sebagian besar berasal dari kalangan pengusaha lokal, sehingga tidak lagi didominasi oleh investor asing. Dengan demikian, akan tercipta keseimbangan dalam penentuan mekanisme harga pasar.

“Kemudian yang kedua dengan dibangunnya smelter tadi yang sebagian besar dari investor dalam negeri, saya kira ini juga cukup bagus untuk mengurangi dominasi dari smelter asing China khususnya,” jelas Fahmy.

“Sehingga dengan banyaknya pilihan sehingga akan terjadi keseimbangan dalam mekanisme pasar dalam menentukan harga misalnya itu positifnya,” sambungnya.

Lebih lanjut, Fahmy meminta agar peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak berhenti hanya pada pembangunan smelter atau hilirisasi, tetapi juga perlu dibentuk ekosistem industri hilirisasi yang menghasilkan produk jadi untuk diekspor.

Menurut Fahmy, hal tersebut akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi Indonesia.

“Hanya membangun smelter saja tidak cukup. Misalnya, hilirisasi nikel mentah yang diolah di smelter menjadi produk pertama atau kedua untuk diekspor, nilai tambahnya masih rendah. Yang harus dilakukan adalah membangun smelter sebagai tahap awal, kemudian mendorong terbentuknya ekosistem industri yang mengolah bahan dari hulu sampai hilir,” paparnya.

Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia.

Photo :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

Fahmy mencontohkan bahwa terbentuknya ekosistem industri hilirisasi dapat mendorong Indonesia menciptakan mobil listrik nasional.

“Misalnya nikel dari biji nikel sampai ke mobil listrik misalnya nah kalau itu terbentuk dengan baik dan saling terkait maka itu akan menampilkan tidak hanya nilai tambah tetapi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi akan sangat besar,” urainya.

“Saya kira yang dilakukan Bahlil selaku menteri ESDM itu mendorong tadi terbentuknya ekosistem dari sejumlah industri yang saling terkait, jadi misalnya smelter itu bahan bakunya adalah biji nikel kemudian dirubah menjadi bahan baku stainless misalnya atau misalnya jadi bahan baku mobil listrik atau kemudian baterai misalnya,” imbuh Fahmy.

Lebih jauh, Fahmy menegaskan bahwa untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju, pertumbuhan ekonomi harus didorong oleh sektor industri, tidak lagi bertumpu pada konsumsi rumah tangga.

“Pertumbuhan ekonomi di masa depan tidak boleh lagi didominasi oleh konsumsi rumah tangga seperti sekarang ini, melainkan oleh industri. Itu adalah syarat untuk menjadi negara maju,” tutupnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi upaya Kementerian ESDM yang berhasil mendorong pembangunan lebih dari 108 smelter di Indonesia. Hal ini dianggap sebagai hasil kerja keras yang konsisten dalam mengharuskan perusahaan-perusahaan besar membangun industri pengolahan di dalam negeri.

“Saya mengapresiasi Kementerian ESDM yang telah berhasil mendorong pembangunan lebih dari 108 smelter di Indonesia,” ungkap Presiden Jokowi.

Menurutnya, Kementerian ESDM harus terus melanjutkan program hilirisasi, karena program ini menunjang nilai tambah bagi perekonomian Indonesia.

“Hilirisasi di sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) adalah strategi utama untuk meningkatkan nilai tambah,” tegasnya

.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya