Seniman Bali Bersuara Lewat Musik dan Karya Seni Sampah Plastik di Thrastock Festival

Karya seni berbahan sampah plastik yang menjadi gerakan Thrashstock Festival - Sumber Foto dari IG Thrashstockbali
Sumber :
  • VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)

Bali, VIVA – Thrashstock Festival yang digelar setiap tahun di Bali menjadi langkah unik untuk peduli dengan sampah plastik. I Putu Hendra Arimbawa, inisiator kegiatan memadukan cara berkesenian melalui musik, artistik dan plastik.

Adidas Abadikan Keindahan Bali dalam Koleksi Terbarunya

Banyak yang terlibat dalam festival itu. Mereka bukan saja para seniman, musisi, maupun para pegiat lingkungan. Tapi, siswa sekolah juga diundang dan terlibat langsung sebagai kreator seni berbahan plastik. Mereka diajarkan mengolah sampah plastik menjadi bentuk karya seni apa saja.

Terobosan yang menggabungkan isu lingkungan dan seni itu dimotori oleh I Putu Hendra Arimbawa asal Denpasar, Bali, bersama Julien Goalabre, kawannya yang berasal dari Prancis. Dari Thrashstock Festival itu, ia jadi salah satu penerima penghargaan Satu Indonesia Award (SIA) di tahun 2018.

Berkat Binaan Astra, Desa Tajurhalang Bogor Melambung Jadi Pusat Ekspor Produk Organik Berstandar Dunia

I Putu Hendra Arimbawa jadi sosok inspirator yang sukses mengharmonisasi antara seni dan musik dalam upaya meningkatkan kesadaran lingkungan. Mengutip pernyataannya dari website written.id, Hendra mengatakan, konsep sampah sebenarnya hanya terjadi di dunia manusia.

"Tak ada namanya sampah alam. Begitu pula di dunia seni, ada istilah sampah seseorang adalah karya seni orang lain," kata Hendra Arimbawa.

Trip to Safety: Solusi Astra Jaga Keselamatan Jalan dan Lingkungan

Festival Thrashstock yang mulai digela tahun 2015 ini menghadirkan karya seni yang seluruhnya dibuat dari bahan daur ulang sampah plastik. Sebuah festival yang mengundang siapapun akan cepat memahami maksud karya seni yang diciptakan, bisa dalam bentuk karya instalasi, lukisan atau obyek.

Karya-karya yang diciptakan dipamerkan dalam eksibisi festival. Banyak pesan yang ingin disampaikan. Tapi tentunya, bagaimana merubah mindset untuk tidak lagi bergantung dengan plastik dan mulai beralih ke konsep hijau berkelanjutan.

"Anak-anak kita minta membawa sampah plastik dari rumah. Mereka akan dibimbing oleh para seniman untuk menciptakan karya seni berbahan recycle sampah plastik," kata Hendra Arimbawa.

Kesenian jadi wahana yang fleksibel. Untuk menciptakan karya seni, para siswa dituntut kreatif dalam mengolah sampah yang mereka hasilkan sendiri. Sampah menjadi persoalan pelik dalam kehidupan manusia moderen. Hendra mengungkapkan, persoalan itu perlu dipahami sejak usia dini yang diharapkan akan menular di lingkungan mereka.

Dalam setiap kali pagelaran festival, I Putu Hendra Arimbawa mengajak para musisi Bali untuk terlibat dalam kampanye lingkungan melalui lagu dan nyanyian.

"Musical performance kami tampilkan dengan menggandeng musisi-musisi yang punya kesadaran sama, seperti Robi Navicula dan grup band Nostress yang kerap bersuara tentang alam lewat karya musiknya," ujarnya.

I Putu Hendra Arimbawa mengatakan, pendidikan Indonesia masih berfokus pada pengetahuan teoritis. Sedangkan, kreatifitas dan imajinasi belum sepenuhnya masuk ke kurikulum pendidikan. Berkesenian diwadahi dalam porsi kegiatan ekstrakulikuler dengan waktu satu jam selama sepekan.

Thrashstock Festival menjadi solusi melihat persoalan melalui rasa yang bersifat seni. Kegiatan itu sekaligus untuk melatih otak lebih peka terhadap persoalan yang sebenarnya setiap hari dialami.

"Bahkan setiap hari kita menghasilkan sampah, sudah seharusnya kalau kita juga bertanggungjawab dengan sampah yang kita hasilkan," ujarnya demikian.

"Kami mendorong banyak orang, terutama anak-anak muda, agar mengambil peran dan tindakan secara bertanggungjawab mengurangi sampah plastik sehari-hari," tambah Hendra Arimbawa.

Festival Thrastock bukan soal hingar bingar musik. Kehadirannya membawa dampak positif  dalam merubah pandangan terkait isu lingkungan, terutama sampah plastik. Mereka yang berada di balik layar festival adalah para relawan.

"Kendala yang kita hadapi karena Trashstock bersifat mandiri sehingga harus menjaga regenerasi," kata I Putu Hendra Arimbawa dikutip dari wawancara dengan instantkarmamag.com.

Memperdalam dampak dan menyebarkan ke masyarakat yang lebih luas bukan aksi yang mudah dilakukan. Aksi nyata 'melawan' sampah plastik itu juga disuarakan melalui berbagai platform. Kampanye propaganda disuarakan melalui postingan-postingan video, grafis maupun fotografi melalui media sosial.

"Salah satunya kami mengelola akun instagram   Thrastockbali. Kami bertujuan untuk memperluas dan memperdalam dampak ini, karena masyarakat tampaknya mengabaikan isu sampah," kata I Putu Hendra Arimbawa.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya