Video Animasi Presiden Prabowo Bagikan Makan Bergizi Gratis Tuai Kecaman, Lagi-lagi Pakai AI

Animasi Presiden Prabowo bagikan Makan Bergizi Gratis (MBG)
Sumber :
  • X/Fahri Hamzah

Jakarta, VIVA – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) merilis sebuah video animasi berdurasi 34 detik untuk mengampanyekan program makan bergizi gratis.

Sri Mulyani Diisukan Mundur dari Kabinet, Muzani: Beliau Masih Enjoy

Video tersebut menampilkan animasi Presiden Prabowo Subianto yang datang ke sebuah sekolah untuk membagikan makanan bergizi kepada para siswa. Selain itu, dalam video tersebut, Presiden Prabowo juga mengajak para siswa berdoa bersama sebelum makan.

Video ini diunggah oleh Fahri Hamzah, Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, melalui akun X miliknya pada Rabu, 6 Februari 2025. Tujuan dari video ini adalah untuk mengajak masyarakat mendukung program makan bergizi gratis yang menjadi salah satu prioritas pemerintah.

Catatan LSI Denny JA untuk Prabowo: Bisa Jadi Bapak Pemberantasan Korupsi Indonesia

Namun, alih-alih menuai pujian, video ini justru memicu reaksi keras dari warganet. Penyebabnya adalah penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam pembuatan animasi tersebut.

Kemajuan Militer Berisiko China dengan DeepSeek AI

Kritikan datang dari berbagai pihak yang menilai penggunaan AI dalam kampanye pemerintah tidak menghargai pekerja kreatif lokal di Indonesia.

Waktu kampanye (Pilpres) omongannya mau dukung ekonomi kreatif, eksekusinya kampanye video pakai AI, lucu banget,” tulis salah satu netizen.

Keluhan serupa juga muncul dari pengguna lain yang mengaitkan masalah ini dengan penggunaan AI dalam materi kampanye Prabowo-Gibran sebelumnya.

Mereka dari masa kampanye aja pakai AI, udah dikasih paham, diberi edukasi kenapa AI itu merugikan tapi tetep aja ngeyel, tetep pakai AI,” komentar seorang warganet.

Perdebatan ini menyoroti kekhawatiran yang lebih luas tentang dampak AI terhadap industri kreatif. Banyak pelaku industri menilai bahwa meski AI dapat mempercepat proses produksi, ketergantungan berlebihan pada teknologi ini dapat mengancam lapangan kerja para seniman, animator, dan desainer grafis di Indonesia.

Hingga saat ini, Kementerian Komunikasi dan Digital belum memberikan tanggapan resmi terkait kritik tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya