BMKG Didorong Jadi Barometer Mitigasi Bencana Nasional, Ini Alasannya

Ilustrasi BMKG mendeteksi dini potensi cuaca
Sumber :
  • ANTARA/HO-BMKG

Jakarta, VIVA – Sistem peringatan dini dan mitigasi bencana di Indonesia kembali menjadi sorotan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) diminta berperan lebih dari sekadar penyedia informasi cuaca.

Dukung Persiapan Haji 2026 Lebih Awal, DPR: Agar Proses Penyelenggaraan Matang dan Tak Terburu-buru

Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Golkar, Daniel Muttaqien, menegaskan hal tersebut usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi V dengan BMKG dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP)/Basarnas di Kompleks DPR/MPR RI, Selasa, 6 Mei 2025.

“BMKG harus menjadi barometer mitigasi bencana nasional, bukan sekadar alarm cuaca. Distribusi informasi peringatan dini masih lemah, terbukti dari seringnya kejadian bencana berulang di lokasi yang sama tanpa antisipasi yang memadai,” tegas Daniel sebagaimana dikutip dari keterangan tertulisnya pada Rabu, 7 Mei 2025.

Maluku Tenggara Diguncang Gempa 5,5 M, Ini Lokasi Pusat dan Kedalamannya

Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Golkar, Daniel Muttaqien.

Photo :
  • Istimewa.

Dai mencontohkan banjir bandang di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Bencana terjadi dua kali dalam rentang waktu hanya empat bulan—Desember 2024 dan Maret 2025—dengan dampak yang semakin parah. Pada kejadian kedua, satu orang dilaporkan meninggal dunia dan tujuh lainnya hilang.

BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem hingga 13 Juli, Pramono Sebut Jakarta Belum Perlu Modifikasi Cuaca

Menurut Daniel, kondisi ini menunjukkan bahwa informasi peringatan dini belum tersampaikan secara efektif dan belum ditindaklanjuti secara sistematis oleh para pemangku kebijakan di daerah.

“Sebagai lembaga yang mengamati cuaca, iklim, dan geofisika, BMKG seharusnya menjadi tombol mitigasi bencana nasional. Artinya, data yang dimiliki harus bisa diterjemahkan dalam langkah konkret pencegahan di lapangan,” ujarnya.

VIVA Militer: Cuaca ekstrem BMKG

Photo :
  • BMKG

Daniel juga menekankan perlunya inovasi dalam penyebarluasan informasi. Ia menyebut tantangan terbesar saat ini adalah tingkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya informasi peringatan dini.

“BMKG harus lebih agresif dalam sosialisasi dan edukasi publik. Informasi harus mudah diakses, dipahami, dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, terutama yang tinggal di daerah rawan bencana,” pungkasnya.

Dengan indeks risiko bencana yang tinggi di banyak wilayah Indonesia, Daniel menyerukan kolaborasi lintas sektor untuk membangun sistem mitigasi bencana yang responsif dan efektif.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya