- Fajar Sodiq| Magelang
VIVAnews - Kerugian akibat erupsi Gunung Merapi tahun lalu diperkirakan mengalami peningkatan. Hitungan sementara, kerugian akibat erupsi Merapi hingga Februari 2011 mencapai Rp5,4 triliun.
Menurut Bupati Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Purnomo, kerugian tersebut meliputi total aset yang rusak senilai Rp894 miliar dan kerugian ekonomi sebesar Rp4,51 triliun.
"Kemungkinan besar angka itu semakin bertambah, mengingat sampai saat ini bahaya sekunder Merapi berupa lahar dingin masih mengancam," kata Sri Purnomo saat ditemui di Sleman, DIY, Jumat 11 Februari 2011.
Menurut dia, kerugian paska erupsi Merapi ini semakin diperparah dengan banjir lahar dingin yang telah merusakkan berbagai fasilitas publik dan pemukiman penduduk, dengan total kerugian mencapai lebih dari Rp30 miliar. "Banjir lahar dingin semakin memperparah perekonomian masyarakat Sleman," ujarnya.
Sri Purnomo mengakui, kerugian akibat banjir lahar dingin terbanyak dialami oleh warga yang tinggal di Kecamatan Cangkringan, Pakem, Turi, Ngemplak, dan Pakem. "Wilayah yang berada bantaran sungai yang berhulu Merapi juga mengungsi, karena rawan terjadinya banjir lahar dingin," tuturnya.
Sri Purnomo menambahkan, erupsi Merapi telah merusak peralatan produksi milik 1.321 unit usaha kecil dan menengah (UKM) dengan total mencapai Rp4,6 miliar, dengan nilai produksi yang mencapai sekitar Rp468 juta per hari.
"Praktis sejak, 25 Oktober lalu, saat ditetapkan status Merapi menjadi 'Awas', dan mulai meleteus 26 Oktober 2010, lalu daerah bahaya diperluas sampai 20 km dari puncak Merapi, semua kegiatan ekonomi di kawasan lereng Merapi terhenti," kata dia.
Laporan: Juna Sanbawa | Yogyakarta