Yenny Wahid:

Indonesia Model Toleransi Agama, Pantaskah?

Sejumlah motor di halaman Gereja Pantekosta Temanggung dibakar massa
Sumber :
  • ANTARA/Anis Efizudin

VIVAnews -- Tiga hari di bulan Februari 2011 menjadi momentum kelabu dalam sejarah Kebhinekaan Indonesia. Pada Minggu 6 Februari rusuh berdarah di Cikeusik menewaskan tiga jemaah Ahmadiyah. Selang dua hari  kemudian, ricuh di muka Pengadilan Temanggung meluber ke kota. Tiga gereja dirusak dan disulut api.

Rentetan kekerasan tersebut adalah ironi, karena terjadi di Indonesia yang dikenal rukun. Tak kurang dari Presiden AS, Barack Obama ingin menjadikan Indonesia sebagai model kehidupan pluralis  dan toleran.

"Apakah Indonesia masih pantas dijadikan model pluralisme beragama?" Direktur Wahid Institute Yenny Zannuba Wahid melontarkan pertanyaan dalam diskusi bertajuk "Ritus Kekerasan Berbasis Agama, Mengapa Terus Terjadi?" di Wahid Institute, Jakarta, Senin 28 Februari 2011.

Yenny menilai, yang terjadi belakangan ini justru kekerasan atas nama keyakinan makin meningkat. Bahkan berujung pada pembunuhan. Ditambahkan dia, dari hasil survei Wahid Institute, tahun 2010, tingkat kekerasan berbau agama cukup tinggi. "Bahkan ada ormas yang melakukan kekerasan 10 kali dalam sehari," imbuhnya.

Kekerasan karena perbedaan keyakinan, bukan hanya menimpa kelompok Ahmadiyah, tetapi banyak kelompok minoritas lain. Menurut putri Gus Dur ini, negara tidak berada pada posisi yang netral dalam menyelesaikan masalah ini.

"Negara bingung kalau menghadapi organisasi yang katanya mewakili umat Islam. Padahal, mayoritas umat Islam tidak suka dengan kekerasan," tegas Yenny.

Sementara, sosiolog Universitas Indonesia, Thamrin Amal Tamagola menyatakan, kekerasan berbau agama di Indonesia akibat ketidaktegasan pemerintah. Ketidaktegasan termasuk menentukan status negara Indonesia.

"Negara harus ditegaskan, apakah kita sebagai negara sekuler atau negara agama. Kalau negara kita sekuler, tegaskan bahwa negara kita bukan negara agama," ujarnya.

Selain itu juga, Thamrin melihat, agama, politik dan ekonomi memiliki kekuatan yang sama kuat. Sehingga, kekuatan ini, jika tidak diimbangi oleh konstitusi yang kuat, maka negara tidak akan berdaya dalam menghadapi kekuatan ketiganya.

"Kalau bicara power, konstitusi sebagai landasan negara harus punya power juga," tegasnya.  (umi)

Kata Shin Tae-yong Usai Timnas Indonesia U-23 Libas Australia
Ilustrasi agama di dunia

Deretan Negara Paling Tak Percaya Tuhan di Dunia, Mayoritas di Benua Asia!

Ateisme secara umum merujuk pada ketidakpercayaan terhadap keberadaan Tuhan, dan seseorang yang menganut pandangan ini disebut sebagai ateis. Di Indonesia, hal itu tabu

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024