- twitter@KBR68H
VIVAnews - Paket bom pertama yang ditujukan aktivis Jaringan Islam Liberal, Ulil Abshar Abdalla, meledak dan melukai tiga orang. Paket bom itu disimpan rapat di dalam buku berjudul 'Mereka Harus Dibunuh'. Paket bom buku ke Badan Narkotika Nasional (BNN) juga berjudul sama.
"Judul buku yang di BNN juga 'Mereka Harus Dibunuh'," kata Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Polisi Boy Rafli Amar saat meresmikan Balai Wartawan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu 16 Maret 2011.
Pengirim paket bom pertama untuk Ulil atas nama Drs Sulaeman Azhar, profesinya penulis, dan beralamat di Jalan Bahagia, Gg Panser No 29, Ciomas, Bogor. Nomor telepon selular si pengirim, 0813-32220579.
Isi paket itu berupa permohonan memberikan kata pengantar buku dan interview kepada Ulil. Penulis mengaku sedang dalam proses penyelesaian penulisan buku yang urgensinya sangat erat dengan peran aktif Ulil dalam lembaga yang dipimpinnya.
Judul buku itu, "Mereka Harus Dibunuh: Karena Dosa-dosa Mereka terhadap Islam dan Kaum Muslimin." Buku yang sama juga dikirim ke Kantor BNN. "Kami menduga paket itu ditujukan untuk Pak Gories Mere (Kepala BNN)," kata Boy Rafli.
Paket bom ketiga dikirim ke kediaman Ketua Umum Partai Pemuda Pancasila Japto S Soerjosoemarno di Jalan Benda, Jagakarsa, Ciganjur, Jakarta Selatan. Paket yang dikirim sekitar pukul 20.00 WIB kemarin itu juga dikemas dalam buku.
Apa judul buku paket bom untuk Japto? "Judulnya saya agak lupa, tapi tentang Pancasila. Yang pasti, judulnya membuat orang tertarik untuk membuka," tegas Boy. (umi)