- Antara/ Widodo S Jusuf
VIVAnews – Anggota Dewan Pembina Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat, Achmad Mubarok, menyatakan pemberitaan Aljazeera yang menyebutkan bahwa 'purnawirawan jenderal senior' secara rahasia mendukung kelompok Islam garis keras untuk menumbangkan kekuasaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tidak perlu ditanggapi serius.
“Itu berita tidak valid, di atas kertas saja. Soalnya, nama-namanya [yang disebutkan] tidak signifikan,” kata Mubarok, Kamis, 24 Maret 2011.
Lagi pula, Mubarok menambahkan, apabila isi pemberitaan itu benar, suara orang-orang yang disebutkan dalam berita, sama sekali tidak merepresentasikan kepentingan masyarakat Indonesia.
“Itu hanya ekpresi semangat, pikiran usil, tetapi tidak realistis dan strategis,” kata Mubarok. “Itu hanya utopis dari orang-orang yang tidak membumi.”
Lebih jauh dia mengungkapkan bahwa Partai Demokrat yang dipimpin Presiden Yudhoyono juga tidak menemukan indikasi akan adanya kudeta terhadap pemerintah sebagaimana yang ramai diberitakan media massa.
"Kalaupun selama ini ada yang keras, kan orang-orang itu cuma diomongan doang," katanya.
Mubarok sepakat dengan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto, yang menyatakan bahwa kudeta itu hanya gosip dan mustahil terjadi karena Indonesia merupakan negara mengagungkan demokrasi. "Aya-aya wae,” kata Mubarok menirukan ucapan Djoko.
Aljazeera edisi Selasa malam 22 Maret menurunkan laporan eksklusif tentang 'purnawirawan jenderal senior' yang secara rahasia mendukung kelompok Islam garis keras menumbangkan kekuasaan Presiden Yudhoyono.
Termasuk, merancang penyerangan 1.500 orang di Cikeusik, Pandeglang, Banten yang menewaskan tiga jemaah Ahmadiyah secara tragis. Diduga kuat, kata Al Jazeera, penyerangan ini sistematis.
"Jenderal ini menggunakan grup garis keras untuk menggulingkan Presiden Yudhoyono, karena mereka menganggap SBY terlalu lemah dan terlalu reformis," demikian laporan koresponden Al Jazeera, Step Vassen dalam rekaman Al Jazeera.