PBNU Kutuk Serangan AS dan Sekutu ke Libya

Bangkai pesawat tempur F-15 milik AS yang jatuh di Libya, Maret 2011
Sumber :
  • AP Photo/Anja Niedringhaus

VIVAnews - Langkah pasukan Amerika Serikat dan negara sekutunya di Libya dinilai oleh Nahdlatul Ulama sudah kebablasan.

PBNU Diminta Perbolehkan KH Miftachul Akhyar Pimpin MUI

Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj mengutuk serangan Amerika dan Sekutunya terhadap pos pertahanan udara Libya yang menelan korban. 

"Kita mengutuk serangan sekutu terhadap Libya. Itu adalah cara-cara biadab," kata Said di sela-sela Rapat Pleno Muktamar NU di Pondok Pesantren Al-Munawir, Krapyak, Yogyakarta, Minggu, 27 Maret 2011.

PKB Diminta Kritisi Kerjasama PBNU-Korporasi Sawit

Ia mengatakan, Amerika dan sekutunya tidak konsisten dengan apa yang selama ini mereka gembar-gemborkan. "Mereka menganjurkan kita demokrasi, menghargai kedaulatan Negara. Mereka ke Libya dengan alasan kedaulatan, tapi kenapa Amerika dan sekutu justru mengganggu kedaulatan Libya," ungkapnya.

Selanjutnya, Said mengatakan, seranganAmerika dan sekutu hanya karena isi perut bumi Libya menyimpan minyak yang berlimpah. "Di Yaman, kenapa mereka tidak ikut campur? Karena tidak ada minyaknya," kata dia.

Gus Yahya Cerita Peradaban yang Dibangun Nabi Muhammad hingga NU

Dalam kesempatan terpisah, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga merasa resolusi PBB telah 'dipelintir' oleh kepentingan negara sekutu.

Seperti halnya Said, anggota Dewan Syuro PKS Hidayat Nurwahid juga curiga, langkah pasukan sekutu di Libya semata-mata hanya untuk menguasai ladang minyak Libya, yang merupakan ladang terbaik di dunia. 

Jika pemerintah Indonesia tidak segera mengambil sikap, Kata Hidayat, motif pasukan koalisi akan berubah dari hanya menerapkan zona larangan terbang menjadi invasi yang akhirnya pendudukan Libya.

Lebih jauh, Said mengatakan, sebaiknya Indonesia proaktif menjadi penengah dalam konflik Libya itu. Sebab, Libya, lebih percaya terhadap Indonesia ketimbang negara-negara Arab.

"Bahwa kita sebaiknya menjadi penengah. Tapi kita tidak perlu ikut campur," kata dia. Apalagi, kata Said, Indonesia punya peran yang besar sebagai negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan negara Non-blok. (SJ)

Laporan Erick Tandjung | Yogyakarta

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya