- VivaNews/ Edy Haryadi
VIVAnews - Abdullah Sunata mengaku pernah mengajak Front Pembela Islam (FPI) untuk bergabung dalam latihan militer di Aceh. Namun, ajakan Sunata ini kemudian ditolak oleh FPI.
"Saya bertujuan untuk follow-up latihan laskar FPI di Aceh menyikapi
pembantaian rakyat Palestina. Tapi ditolak oleh FPI," kata Sunata dalam dalam persidangan terdakwa kasus terorisme Abu Bakar Ba'asyir di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin, 28 Maret 2011.
Sunata melanjutkan, di Aceh dia kemudian menemui ketua FPI Aceh, Teuku Muslim. Namun, Sunata tidak lagi mengajak FPI untuk latihan militer. "Saya hanya membina santri lokal di Aceh," jelas Sunata.
Kepergiannya ke Aceh pada Mei 2009 selama dua hari, diakui Sunata atas ajakan dan biaya Sofyan Saori.
Sunata juga mengaku pernah berinteraksi dengan sejumlah tokoh kasus terorisme, seperti Dulmatin dan Abu Tholud. Perkenalan Sunata dengan Dulmatin awalnya terjadi saat mereka berada di Ambon. Kemudian Dulmatin, menurut kesaksian Sunata,pernah memberikan uang Rp 50 juta untuk pelatihan FPI.
Dengan Abu Tholud, Sunata bertemu pertama kali di penjara Cipinang. Interaksi Sunata dengan Abu Tholud pun pernah terjadi saat mengikuti pertemuan di Hotel Pulogadung, sekitar tahun 2009. Pertemuan yang dipimpin Abu Tholud waktu itu membahas rencana pelatihan Laskar FPI.
"Tapi tidak disetujui Ketua FPI Aceh dan diganti dengan pembinaan pesantren," ujar Sunata. "Saya pernah menerima Rp 10 juta dari Abu Tholud untuk pembinaan santri di Aceh," lanjutnya.
Walau mengaku memiliki keterlibatan di Aceh, Sunata mengaku tidak pernah mengenal Abu Bakar Ba'asyir.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ba'asyir didakwa karena diduga telah mendanai pelatihan teroris di Aceh. Selain itu, Ba'asyir juga didakwa merencanakan dan menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana terorisme. "Serta menggunakan senjata api, amunisi, atau bahan peledak," demikian dakwaan jaksa.
Menurut jaksa, Ba'asyir diduga merencanakan perbuatan itu sejak Februari 2009 hingga Maret 2010. "Diantaranya pelatihan kelompok bersenjata di Aceh dan Hamparan Perak," tambah Jaksa.