- VIVAnews/Tri Saputro
VIVAnews - Berbeda dengan pelaksanaan Ujian Nasional pada tahun-tahun lalu, pelaksanaan ujian nasional tingkat Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) tahun ini tidak dimonitor tim pengawas independen. Ini berarti, proses pengawasan ujian tak melibatkan para dosen perguruan tinggi.
Ketua Penyelenggaran Ujian Nasional Provinsi Bali Ida Bagus Made Mertha mengatakan, sistem pengawasan ujian nasional SMP sepenuhnya dilakukan para guru dengan model silang antarsekolah, termasuk melibatkan petugas dari Dinas Pendidikan kabupaten/kota. Artinya, pelaksanaan ujian di satu sekolah akan diawasi oleh guru-guru pengawas dari sekolah lain.
Selain itu, guru yang bertugas mengawasi ujian bukan pengampu mata pelajaran yang diujikan pada hari itu. “Sama dengan ujian nasional SMA/SMK, ujian nasional SMP juga menerapkan pola lima paket soal berbeda di setiap ruang ujian," katanya. "Dengan pola ini, tentunya sangat sulit bagi peserta saling bekerja sama."
Mertha menambahkan, ujian nasional SMP di Bali yang digelar mulai Senin 25 April hingga Kamis 28 April diikuti 56.811 siswa. Rinciannya, 56.769 siswa SMP/MTs dan 42 siswa SMP luar biasa.
Selama empat hari, mereka akan memeras otak menjawab soal-soal Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, dan IPA. Untuk menjawab soal-soal itu, peserta diberi waktu 120 menit. Seluruh soal yang diujikan merupakan soal pilihan ganda dengan jumlah soal Bahasa Indonesia 50 soal, Matematika 40 soal, Bahasa Inggris 50 soal, dan IPA 40 soal.
Soal-soal ujian nasional keempat mata pelajaran itu sudah didistribusikan ke kabupaten/kota se-Bali dengan pengawalan ketat dari aparat kepolisian. Ruang atau tempat penyimpanan soal ujian juga dijaga ketat oleh aparat kepolisian untuk mengurangi terjadinya kebocoran soal. "Itu merupakan prosedur standar pengamanan soal ujian,” katanya. (Laporan Bobby Andalan, Bali)