Mengapa Dua Gempa Kuat Mengguncang Cilacap?

Gempa di Talaud
Sumber :
  • AP Photo/Tatan Syuflana

VIVAnews - Gempa dengan kekuatan 6,3 skala Richter menggoyang Cilacap, Jawa Tengah, Selasa 26 April 2011 pukul 13.39 Waktu Indonesia Barat.

Meski tak menimbulkan ancaman tsunami, gempa membuat panik warga, mereka berhamburan ke luar rumah dan langsung mencari tahu, apakah ada ancaman tsunami. Gempa kemarin juga dirasakan di sejumlah wilayah: Ciamis, Tasikmalaya, dan Yogyakarta.

Tiga pekan sebelumnya, gempa juga mengguncang Cilacap, dengan skala yang lebih besar. Senin malam, 4 April 2011, terjadi lindu dengan kekuatan 7,1 skala Richter. Gempa itu berpotensi tsunami. Kala itu, ribuan warga Cilacap yang panik mengungsi ke wilayah yang lebih tinggi atau berkumpul di Masjid Agung.

Mengapa ada dua gempa dengan kekuatan relatif besar terjadi di Cilacap, dalam waktu satu bulan? Pakar Gempa dari Puslit Geoteknologi-LIPI, Danny Hilman Natawidjaja mengatakan, Cilacap memang berada dalam wilayah gempa. "Kenapa ada peningkatan seismik, (karena) sejak 2006 banyak gempa di situ. Di Yogyakarta, Pangandaran, Ciamis. Sedang penyesuaian," kata Danny saat dihubungi VIVAnews.com di Jakarta, Selasa 26 April 2011.

Danny mengaku, belum diketahui berapa cadangan energi yang masih tersisa di lempeng dekat Cilacap. "Namun, dengan peningkatan seismik ini, perlu waspada juga, kesiapsiagaan terus dilakukan," tambah dia. Meski, "sampai saat ini belum ada prediksi ada gempa besar."

Untuk diketahui, potensi terjadinya bencana bisa dilihat dari sejarah. Jika pernah ada bencana besar di wilayah tersebut, ada kemungkinan itu berulang. Bagaimana dengan Cilacap? "Untuk gempa besar sampai 100 tahun yang lalu, tak ada. Namun, perlu data sejarah yang panjang untuk mengetahuinya, sampai 1.000 tahun mungkin, itu yang belum ada (data sejarah)," kata Danny.

Tak hanya warga Cilacap, kewaspadaan juga harus dimiliki penduduk di wilayah lain. Sebab," hampir seluruh Indonesia jalur rawan bencana, kecuali Kalimantan."

Soal mitigasi bencana, Danny mengimbau masyarakat paham, apa yang harus dilakukan saat gempa terjadi. Itu penting agar tidak celaka. Persiapan jangka panjang juga harus dilakukan. Misalnya konstruksi. "Perlu waspadai, jangan sampai kolaps saat gempa, kalau rusak masih wajar," ujarnya.

Meski waspada, masyarakat diminta tidak termakan isu yang beredar. "Misalnya, isu seminggu lagi ada gempa besar, itu pasti bohong. Ikuti petunjuk pemerintah dan peneliti," tuturnya.

Sementara itu, untuk mitigasi bencana tsunami, Danny mengimbau pemerintah dan pihak terkait giat memberikan sosialisasi ke masyarakat. "Potensi ada, kami pernah memetakan zona lintasan tsunami, dari Aceh sampai Nusa Tenggara Timur," katanya.

Sebelumnya, pakar Geodesi Institut Teknologi Bandung, Irwan Meilano mengatakan, gempa yang mengguncang Cilacap 4 April lalu tergolong unik.

Sebab, tidak terjadi pada bidang kontak lempeng, melainkan pada salah satu lempeng. Menurut Irwan, gempa yang terjadi Senin pukul 03.06.39 WIB itu terjadi di bagian lempeng Australia yang masuk ke lempeng Eurasia.

"Jadi, mekanismenya, gempa terjadi di lempeng turun atau sesar normal," kata dia.

Dia menambahkan, tipe gempa yang terjadi di Cilacap itu pada umumnya terjadi pada gempa-gempa susulan, setelah terjadinya gempa utama. "Namun pada gempa ini terjadi pada gempa utama. Ini yang juga menarik untuk kami teliti lagi," kata dia.

Gempa berbeda dengan yang terjadi pada 2006 dan 2009, di mana kedua lempeng saling tumbuk dan bagian lempeng yang saling bertemu itu mengalami kenaikan. "Bagian yang bertemu itu naik ke atas, sehingga pada waktu itu disertai tsunami," kata dia. (art)

BI Rate Naik Jadi 6,25 Persen, Begini Respons Dirut BRI
Pengacara Farhat Abbas.

Farhat Abbas Diperiksa Polisi Pekan Ini soal Laporan Penistaan Agama ke Pendeta Gilbert

Pengacara Farhat Abbas melaporkan pendeta Gilbert Lumoindong ke Polda Metro Jaya terkait dugaan penistaan agama.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024