- AP Photo/Al-Jazeera
VIVAnews - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Inspektur Jenderal (Purn) Ansyaad Mbai, mengatakan kelompok radikal Indonesia menganggap Osama bin Laden sebagai nabi.
"Sedangkan para ulama moderat itu tidak dianggap oleh mereka," kata Ansyaad di Jakarta, Rabu 4 Mei 2011.
Ansyaad menambahkan, kelompok radikal ada dua macam, yaitu terorisme dan non terorisme. Yang membedakan keduanya adalah level strateginya. Non terorisme menggunakan dakwah untuk menyebarkan ideologi mereka dan terorisme menggunakan jihad.
Dalam Islam radikal, kata Ansyaad, referensi mereka bukan ulama yang suka berdakwah. "Idola mereka itu ya Osama bin Laden itu. Mereka suka dengan orang yang jihad," ujarnya.
Ansyad mencontohkan, Pepi pelaku bom gereja di Serpong, idolanya adalah buku. Buku yang dibaca Pepi, adalah "Tarbiah Jihabiah" karangan Abdul Hazam, dan buku 'Master Plan Alqaidah' karangan Osama bin Laden.
Osama bin Laden, menurut Ansyaad bukan orang Islam, tapi oleh kelompok radikal di Indonesia mereka dianggap sebagai nabi.
Ansyaad menjelaskan, hal yang paling berbahaya adalah bertemunya Islam radikal teroris dan bukan teroris. Biasanya, hal yang membuat kelompok radikal marah justru pada isu-isu internasional, seperti Afganistan.
Dan ketika mereka tidak bisa mencapai pada isu-isu internasional, maka timbulah hubungan antara isu lokal dan internasional. Isu lokal itu misalnya, Ahmadiyah. "Dan karena adanya isu lokal ini bertemulah radikal teroris dan bukan teroris. Ini bahayanya," ujarnya. (sj)