- Antara/ Aldino Anatusa
VIVAnews - Sejak meninggalnya teroris Noordin M Top, Doktor Azhari dan Dulmatin, masyarakat belum sepenuhnya aman dari ancaman teroris. Ancaman teror sampai saat ini masih ada meski ketiga teroris kelas kakap itu telah tewas.
Hal itu terbukti dengan adanya teror bom yang terjadi dalam dua bulan terakhir ini. Teror bom itu mulai dari bom buku, bom bunuh diri dan ancaman bom dengan daya ledak tinggi yang dipasang di Pipa Gas Negara (PGN).
Dengan masih banyaknya ancaman teror itu mengindikasikan, Indonesia masih dihantui teror bom. Namun, masih banyanya teror bom yang dilakukan oleh teroris penanganannya baru sebatas pihak kepolisian.
"Tidak hadirnya negara dalam terorisme itu sangat krusial, tidak mungkin Kapolres, Kapolsek menjadi ujung tombak" kata Rektor Universitas Paramadian Anies Baswedan di Jakarta, Rabu, 4 Mei 2011.
Menurut Anies, negara perlu hadir untuk ikut andil dalam penanganan terorisme. Sebab, peran pemerintah perlu untuk memberikan perlindungan politik terkait penanganan kelompok radikal. Hal ini dilakukan karena para pelaku teror terorganisir.
"Tidak bisa (diselesaikan), kalau tidak ada perlindungan politik dari presiden, karena pelaku teror diorganisir secara lengkap," jelasnya.
Selain itu, Anies juga khawatir jika kelompok radikal tersebut mencampurkan agama dengan politik seperti Hamas di Palestina. Kalau benar demikian, maka dampaknya akan jauh lebih berbahaya.
”Saya khawatir ada aktivitas operasi libatkan agama tujuannya politik seperti Pakistan, kombinasi tersebut ini bisa efek panjang dan berbahaya, gabungan kedua ini seperti Hamas di Palestina, mudah-mudahan jangan," harap Anies. (eh)
Bingung Pilih Skincare Lokal atau Luar? Begini Saran Dokter
Banyak orang yang makin sadar untuk merawat kulit terutama dengan penggunaan skincare. Tak heran, berbagai merek skincare bermunculan, mulai dari yang diimpor dari luar.
