Bahaya Penyakit Noninfeksi Ancam Indonesia

Penyakit Jantung
Sumber :
  • inmagine.com

VIVAnews - Indonesia diprediksi akan mengalami masalah kesehatan serius pada tujuh hingga sepuluh tahun mendatang. Penyakin non infeksi diperkirakan semakin luas menjangkiti masyarakat ekonomi bawah.

Terpopuler: Alasan Heerenveen Lepas Nathan Tjoe-A-On, Calon Kiper Timnas Indonesia Sabet Scudetto

Demikian diungkapkan pengurus pusat Ikatan Dokter Indonesia (IDI) saat bertemu dengan Wakil Presiden, Boediono di Istana Wapres, Jakarta, Kamis 5 Mei 2011.

Menurut Dewan Pakar IDI, Prof. Dr. Razak Thaha, berdasarkan data-data yang dikumpulkan menunjukan bahwa pembunuh utama dari masyarakat Indonesia justru penyakit-penyakit non infeksi. Penyakit jantung pembuluh darah, stroke merupakan jenis penyakit non infeksi yang banyak menyebabkan kematian. Di samping penyebaran penyakit yang disebabkan infeksi, seperti HIV, malaria, dan TBC yang tetap berbahaya.

Menurut Toha, pada awalnya jenis penyakit non infeksi ini banyak diidap oleh kalangan ekonomi menengah ke atas. faktor makanan dan pola hidup banyak berpengaruh pada penyakit non infeksi ini.

Namun, di masa yang akan datang penyakit non infeksi ini akan merambah di kalangan masyarakat dengan status ekonomi kelas bawah. Menurut dia, berdasarkan pengalaman beberapa negara,  ketika pendapatan perkapita mencapai US$2500, maka persoalan penyakit non infeksi yang pada umumnya dialami kelompok ekonomi menengah ke atas, akan masuk pada masyarakat ekonomi bawah.

"Karena kita mendekati US$2500. Tapi pada titik US$2500 kelompok ekonomi menengah ke bawah itu menglami penyakit non infeksi yang sangat pesat dan cepat oleh karena mereka pola hidupnya tidak sehat. Artinya kita ini sedang berhadapan dengan ancaman yang hebat itu," tutur Thaha.

Saat ini, kata Thaha, pembangunan ekonomi di Indonesia telah berhasil memberikan kesejahteraan, sehingga pendapatan perkapita sudah sekitar US$2300 atau US$2200. Artinya, dalam waktu singkat kita akan memasuki wilayah yang berbahaya. "Kedepan, penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang menyerang kelompok di atas akan masuk kelompok bawah, kalau itu terjadi beban biaya kesehatan makin besar, karena kelompok bawah tidak bisa membiayai sendiri masalah-masalah kesehatan," katanya.

IDI, kata Thaha berharap ada langkah pencegahan yang harus dilakukan pemerintah dan semua pihak. Untuk IDI sendiri, kata Thaha, akan memberikan kesadaran bagi anggotanya. "Dokter sejak dulu memang lebih berat pada wilayah kuratif, dokter sekarang ini ingin di dorong untuk memasuki wilayah preventif," imbuhnya.

Sebagai langkah pertama, melakukan intervensi terhadap penyakit-penyakit non infeksi itu. Jika tidak, bahaya besar akan segera menghadap.

Hal berikutnya, jika memang sudah terjadi, hal yang mungkin dilakukan adalah memperkecil. "Tidak mungkin menghilangkan sama sekali. Karena kalau itu terjadi biaya yang dikeluarkan orang miskin itu tidak mungkin mengatasi itu, artinya akan ada perubahan besar pada masyarakat dan pada negara," ucapnya. (eh)

Keren Banget, Sherina Main Teater Musikal Bareng Anak-Anak Sekolah
Foto: Istimewa

Cerita Perjuangan TikTokers Sasya Livisya, Sering Dapat Hate Comment karena Penampilannya

Setelah melalui berbagai proses yang panjang, Sasya Livisya menyampaikan pentingnya hate comment dalam setiap konten yang diposting di sosial media.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024