- picasaweb.google.com
VIVAnews - Kaum Nahdliyin di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, membentuk Detasemen Khusus (Densus) 26 antigerakan Negara Islam Indonesia (NII) dan Islam radikal. Sebab, ajaran kelompok-kelompok tersebut dikhawatirkan justru akan semakin memojokkan umat Islam.
"Pasukan detasemen itu akan meluruskan ajaran dan gerakan Islam yang menyimpang dan gerakan radikal yang akhir-akhir ini terjadi di Indonesia," kata Umaruddin Masdar, penggagas Densus 26 di Bantul, Minggu, 15 Mei 2011.
Menurut Umaruddin, pasukan Densus 26 tersebut, tidak akan menggunakan atribut militer dan senjata. Sebab, mereka beranggotakan para dai/daiah atau juru kutbah, serta para kiai di masjid-masjid. "Tidak ada seragam khusus. Mereka justru berpakaian ala santri dan kiai, serta berpakaian layaknya orang biasa," ujarnya.
Dia menambahkan, dalam melaksanakan tugasnya, detasemen ini bersenjatakan ilmu agama melalui pengajian dan kitab-kitab fiqih dan kitab agama Islam yang sering dibaca di pesantren tradisional maupun modern. "Kami tidak akan menyerang, namun akan meluruskan ajaran-ajaran Islam yang menyimpang dengan pengajian dan kitab-kitab fiqih serta kitab agama Islam," kata Umaruddin.
Dibentuknya detasemen ini, kata Umaruddin, juga menjawab tudingan terhadap organisasi Nahdlatul Ulama yang menyiarkan Islam dengan jalur keislaman berbasis budaya lokal. "Target kami, para dai di seluruh Jawa bisa menjadi benteng radikalisme melalui Densus 26 ini," ujarnya. (Laporan: Juna Sanbawa | Yogyakarta)