- ANTARA/ Fanny Octavianus
VIVAnews - Survei yang dilakukan Indo Barometer memperlihatkan hasil yang mengejutkan. Dalam survei itu, terlihat kerinduan masyarakat terhadap kondisi di masa Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto, ketimbang masa reformasi di zaman Susilo Bambang Yudhoyono.
Hasil survei ini pun mengundang tanggapan oleh orang tua dari beberapa korban pelanggaran Hak Asasi Manusia. Baik pelanggaran HAM tahun 1965 dan peristiwa reformasi 1998, yang selama ini dikaitkan dengan Orde Baru.
Ruyati misalnya, orang tua korban peristiwa reformasi 1998 yang mengakui mengalami perubahan di tingkat ekonomi antara zaman Soeharto dan SBY. Namun, keduanya memiliki persamaan pada penanganan kasus pelanggaran HAM.
"Saat ini, pemerintahan SBY kurang tegas dan belum menuntaskan pelanggaran-pelanggaran HAM sejak reformasi," ujarnya di Jakarta, Jumat 20 Mei 2011.
Sementara itu, Hutomo, yang merupakan korban peristiwa 1965, mengatakan reformasi tidak bisa dibilang gagal.
"Namun, pada hakikatnya semua sama, karena dalam kepemimpinan negara ini masih ada sistem yang bermain yaitu sistem neoliberalisme, di mana pasar bebas yang berkuasa," ujar Hutomo.
"Soeharto tidak banyak ngomong, tapi tindakannya yang banyak, sedangkan SBY banyak janji tapi tindakannya kurang," tegas Hutomo. (art)