- Antara/ Widodo S Jusuf
VIVAnews - Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso mengakui tak ada prestasi ekonomi Indonesia yang bisa dibanggakan. Dia juga menilai DPR alpa, ikut-ikutan meneken perdagangan bebas dengan China dan ASEAN.
"Indonesia sudah masuk gurita neolib internasional. Usaha-usaha ekonomi rakyat sering kita lupakan bahkan tergilas. Warteg, warung-warung tradisional tergusur oleh pasar modern, seperti Carefour, kemudian mart-mart, itu menggusur pasar tradisional semua," kata Priyo dalam diskusi 'Revitalisasi Pembangunan Berbasis Pancasila' di Megawati Institute, Proklamasi, Jakarta Pusat, Senin 30 Mei 2011.
Selain itu, imbuhnya, produk China yang murah meriah membanjiri pasar Indonesia, bahkan sampai ke sektor jamu di mana dulu adalah andalan dan warisan keraton. "Sekarang berkompetisi dengan jamu-jamu China. Itu yang membuat kami prihatin. DPR alpa, kami mohon maaf," kata Priyo.
Meski demikian, dia menolak ketidaksuksesan perekonomian ini lantas disalahkan ke sistem demokrasi. Meskipun sampai saat ini sistem tersebut belum mampu mewujudkan masyarakat adil dan sejahtera secara ekonomi, masyarakat tidak boleh menyalahkannya sebagai sistem yang gagal.
"Demokrasi adalah hak mutlak yang harus kita perjuangan. Jangan menyalahkan sistem politik dengan kegagalan ekonomi. Kalau ini dipersalahkan, itu namanya kemunduran," urai Priyo.
Menurut politisi Partai Golkar itu, saat ini, Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia yang paling dapat mendekati praktik berdemokrasi seperti dalam teori Yunani. "Memilih presiden, kepala daerah, partai politik secara langsung. Kita one man one vote. Entah profesor, doktor atau siapapun punya suara yang sama. Apakah ini dipersalahkan hanya karena kegagalan ekonomi?"