Soeharto: Rachmat, Tahu Apa Anda Soal Politik

Soeharto menaiki kuda pemberian Presiden Kazakhstan
Sumber :
  • Koleksi Siti Hediati Hariyadi Soeharto/ Buku 'Pak Harto, The Untold Stories'

VIVAnews -  Presiden RI kedua Soeharto dikenal sebagai sosok anti kritik. Banyak orang-orang dekatnya yang memiliki berbeda pandangan,  akhirnya harus 'menyerah' juga dengan perintah penguasa Orde Baru itu.

Mantan Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar, Rachmat Witoelar mengisahkan dirinya pernah 'disemprot' Pak Harto. Pasalnya, dia memiliki pandangan berbeda terkait kebijakan politik Golkar. Saat itu ia masih menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Golkar.

Rachmat menceritakan, peristiwa itu terjadi pada 1990. Saat itu, dia mengusulkan perubahan AD/ART Golkar. Rachmat, ingin menganulir keberadaan Dewan Pembina di tubuh Golkar. "Padahal ketika itu Dewan Pembina sangat disakralkan. Selama 15 tahun, yang berlaku di Golkar adalah konsep bottom up," kata Rachmat Witoelar seperti disampaikan dalam buku 'Pak Harto, The Untold Stories'.

Waktu itu, lanjut dia, dirinya bersama Jacob Tobing selalu mengadakan pembinaan kader ke daerah-derah. Dia menyuruh kader-kader Golkar di daerah untuk melakukan pembaruan dan berani mengemukakan pendapatnya demi kemajuan Golkar. "Cukup banyak teman-teman di daerah yang sependapat," kata dia.

Dalam rapat-rapat di daerah itulah Rachmat mengusulkan adanya perubahan AD/ART Golkar. Hingga akhirnya Soeharto memangggilnya menghadap. "Di saat sibuk-sibuk itulah saya dipanggil Pak Harto," kata dia.

Saat menghadap itu, Soeharto bertanya, "Saudara dilaporkan hendak mengubah AD/ART. Kenapa begitu?" Rachmat menirukan pertanyaan Soeharto.

Lalu, Sekjen Golkar periode 1988 hingga 1993 itu menjawab bahwa pola kebijakan Golkar sudah tidak sesuai dengan perkembangan politik yang ada saat itu.

Soeharto, tampaknya tak senang dengan jawaban Rachmat itu. "Lho Mat, itu sudah sesuai dengan zaman. Saudara Rachmat tahu zaman itu bagaimana?" tanya Soeharto kepada Rachmat.

Pertanyaan Soeharto itu tak menyurutkan nyali Rachmat Witoelar. Dia mengatakan kebijakan Golkar saat itu memang cocok diterapkan di masa lalu. Namun, masyarakat kini sudah mulai melek politik dan ingin didengarkan pendapatnya. Dengan kata lain, dia meminta pendapat orang daerah tidak terus dimentahkan oleh Pusat dan Dewan Pembina Golkar.

Mendengar jawaban itu, seperti disadari Rachmat, Soeharto menjadi marah. Dia berkata, "Saudara salah. Saudara Rachmat tahu apa soal politik," kata Rachmat menirukan Soeharto.

Rachmat menyadari kenapa Soeharto bersikap seperti itu. Tak lain untuk menjaga keutuhan organisasi dan pemerintahan.

Kemudiaan Soeharto memberi nasehat kepadanaya. "Negeri ini harus stabil. Golkar harus tampil sebagai single majority, tidak boleh berkoalisi dengan kekuatan lain. Kalau itu terjadi, maka akan terjadi pengorbanan-pengorbanan politik yang tidak perlu," kata Rachmat menirukan nasehat Soeharto waktu itu.

Kata Shin Tae-yong Usai Heerenveen Izinkan Nathan Tjoe-A-On Kembali ke Timnas Indonesia U-23

Karena dianggap penganggu, Rachmat pun disiapkan menjadi duta besar di sejumlah negara. Anehnya, setiap tiga bulan sekali ia pasti dipanggil ke Jakarta, padahal duta besar lain paling-paling satu tahun sekali. Rupanya Pak Harto ingin diskusi soal dinamika politik dengannya. (umi)

Prabowo-Gibran di Penetapan Presiden-Wapres Terpilih di KPU

Pengamat sebut Hadirnya Anies dan Muhaimin di KPU Beri Legitimasi Hasil Pemilu

Kehadiran pasangan AMIN saat penetapan Prabowo-Gibran sebagai presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024–2029 dinilai bisa memberi legitimasi hasil Pemilu 2024.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024