- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Aksi keprihatian dan doa untuk Ruyati binti Satubi, Tenaga Kerja Indonesia yang dihukum pancung di Arab Saudi terus mengalir di sejumlah daerah, termasuk di Cirebon, Jawa Barat.
Puluhan orang dari aktivis pergerakan mahasiswa, LSM, Ormas, tokoh agama, dan para santri pondok pesantren se-wilayah III Cirebon (Kuningan, Majalengka, Indramayu, dan Cirebon) menggelar aksi keprihatinan dan doa sebagai wujud kebersamaan di depan Balai Kota Cirebon. Aksi itu juga sebagai dukungan bagi buruh migran Indonesia lainnya di luar negeri.
Sambil membakar ratusan batang lilin dan membawa poster-poster keprihatinan dan kritikan pada pemerintah. Mereka menilai bahwa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono telah gagal melindungi warga negaranya sendiri.
Dalam orasinya, mereka mendesak pemerintah SBY melakukan tindakan diplomatik agar kasus serupa tidak terulang dan meminta agar pemerintah menghentikan pengiriman TKI/TKW ke luar negeri.
"Kasus Ruyati ini merupakan salah satu bukti kebobrokan negara yang tak bisa melindungi rakyatnya. Selain pemerintah gagal melakukan diplomasi untuk menggagalkan hukuman pancung tersebut, pemerintah juga tak serius mengurus para TKI di luar negeri. Jika pemerintah tidak becus melindungi TKI, jangan kirim lagi TKI ke luar negeri," ujar KH Maman Imanulhaq, pimpinan Ponpes Al-Mizan Jatiwangi, Jawa Barat yang ikut dalam aksi keprihatinan tersebut, Selasa malam 21 Juni 2011.
Sementara itu, meski dijaga ketat puluhan petugas kepolisian, aksi keprihatinan dan doa untuk Ruyati tersebut berjalan aman hingga akhir. (eh)
Laporan: Reza Putra | Cirebon
Hormati Putusan MK, Eks Ketum PB HMI: Saatnya Bekerja untuk Indonesia Maju
Eks Ketua Umum PB HMI Raihan Ariatama turut menyoroti putusan MK yang menolak seluruh permohonan perkara PHPU dari Anies-Muhaimin, dan Ganjar-Mahfud MD.
