Di Arab, Ribuan Pekerja Kabur dari Majikan

TKW terlantar di Jeddah, Arab Saudi
Sumber :
  • ANTARA/SAPTONO

VIVAnews -- Dua tenaga kerja perempuan asal Indonesia, Ruyati binti Satubi dan Darsem menjadi pusat perhatian publik. Ruyati tewas dipancung algojo, sementara Darsem, meski uang kompensasi atau diyat Rp46 miliar telah dibayar, belum tentu bebas sepenuhnya dari hukum.

Tragedi Ruyati membuat pemerintah memutuskan untuk menghentikan sementara alias moratorium pengiriman tenaga kerja ke Arab Saudi, sampai ada nota kesepakatan terbaru dengan pihak Arab. Sebuah kebijakan yang dianggap terlambat oleh Koordinator Migrant Care, Anis Hidayah.

Pemerintah sudah seharusnya lebih memikirkan nasib para TKI yang disiksa dan dihukum pancung, ketimbang memikirkan jumlah kerugian yang akan diterima --jika moratorium diberlakukan. "Sekarang yang dipikirkan adalah nasib warga negara Indonesia yang disiksa, dan yang dihukum pancung. Soal nyawa itu jauh lebih penting dari kerugian apa pun," tambah Anis kata dia saat dihubungi VIVAnews.com beberapa waktu lalu.

Ternyata tak hanya Indonesia yang bermasalah. Beberapa hari setelah pemancungan Ruyati, terkuak kabar seorang pembantu asal Sri Lanka, Rizana Nafeek terancam nasib serupa. Ia didakwa membunuh anak majikannya yang masih bayi. Meski, ia berdalih apa yang dilakukannya untuk menolong bocah yang tersedak.

Seperti dimuat Daily Mail, jika Nafeek dipancung, ia akan berpakaian putih, ditutup matanya, dibelenggu, dan berlutut sebelum dieksekusi sekali tebas dengan sebilah pedang panjang yang tajam.

Padahal, seperti dimuat situs Guardian, kesalahan tak sepenuhnya datang dari pihak pekerja. Kasus Ruyati yang dipancung karena membunuh majikannya yang kerap menyiksa atau Darsem yang membela diri karena hendak diperkosa, hanya contoh kecil. Setiap tahunnya, ribuan pekerja melarikan diri dari rumah majikannya di Arab Saudi. Namun, mereka tak bisa pulang sebelum ada izin dari majikan atau sponsor.

Ganas, Oxford United Catat Rekor Kemenangan Terbesar

Untuk diketahui, ada sekitar 9 juta pekerja asing di Arab Saudi. Kebanyakan dari Indonesia dan Filipina. Mereka bertugas menyapu jalan, membersihkan kantor, jadi pelayan kafe, supir, atau buruh kasar di proyek konstruksi.

Beberapa waktu lalu, Observer mendatangi sebuah shelter rahasia di Jeddah. Sejumlah pekerja mengaku lari karena tak digaji, disiksa secara fisik, mental, atau mengalami pelecehan seksual. Rose (40), misalnya. Pekerja asal Filipina mengaku majikannya melempar kunci secara kasar ke arahnya hingga matanya nyaris buta.

Sementara, Muneera, dari Filipina Selatan yang mayoritas muslim mengaku majikannya sebenarnya baik. Lalu mengapa lari? Ia mengaku tenaganya diperas. "Saya bekerja pukul 05.00 hingga 01.00 esoknya, hampir setiap hari."

Sebelum Indonesia, Filipina juga telah melakukan moratorium pengiriman tenaga kerja. Gara-garanya, pihak Arab menolak tuntutan asuransi kesehatan bagi para pekerja dan informasi latar belakang majikan. Di sisi lain, Filipina menolak pemotongan upah minimum dari US$400 ke US$200.

Namun, tak semua nasib pekerja berakhir tragis. Salah satunya Eileen (44) asal Iloilo, Filipina. Kata dia, majikannya selalu tepat waktu membayar gaji. Meski bekerja dari subuh hingga larut malam, majikan memperlakukannya dengan baik. Ia punya waktu istirahat siang hari dan bahkan diajak pelesir ke Eropa tiap musim panas. "Mungkin aku beruntung," katanya. (sj)

Raffi Ahmad dan Nagita Slavina

Ramai Disebut Diadopsi Raffi Ahmad-Nagita Slavina, Akhirnya Terungkap Wajah Gemas Bayi Lily

Isu pasangan tersebut mengadopsi bayi perempuan bernama Lily, bermula saat Raffi Ahmad, Nagita Slavina, Rafathar dan Rayyanza berlebaran di rumah Rieta Amalia.

img_title
VIVA.co.id
14 April 2024