- VIVAnews.com
VIVAnews - Seorang warga negara Indonesia yang diduga anggota kelompok militan Jemaah Islamiyah (JI), Agus Salim, akan dideportasi ke Indonesia Senin mendatang 11 Juli 2011.
Demikian diungkapkan Kepala Pasukan Khusus (Operasi Anti Terorisme) Bukit Aman, Datuk Mohamad Fuzi Harun sebagaimana dilansir laman bernama.com, Jum'at 8 Juli 2011.
Menurut Harun, investigasi yang dilakukan Kepolisian Malaysia terhadap Agus sudah selesai dan kasus itu kini sudah menjadi tanggung jawab Departemen Imigrasi. "Kami puas dengan semua penyelidikan yang telah dilakukan," katanya.
Agus, lelaki 34 tahun berasal dari Medan, Sumatera Utara, sebelumnya sempat ditahan di Malaysia pada dua tahun lalu sebelum dideportasi. Belakangan dia ditangkap karena menggunakan dokumen palsu untuk kembali masuk ke Malaysia.
Lebih lanjut Datuk Muhamad menjelaskan, penangkapan Agus pada tahun 2009 untuk mengambil alih rencana aksi terorisme di Asia Tenggara. Aparat kepolisian Malaysia yakin Agus terlibat dalam kaburnya gembong teroris, Mas Selamat Kastari dari penjara Singapura pada 27 Februari 2008.
Kala itu, Agus diduga berperan menyediakan rumah persembunyian di Johor Bahru.
Saat itu Agus pernah ditahan di bawah UU Keamanan Dalam Negeri (Internal Security Act/ ISA) yang memungkinkan penahanan tersangka teroris tanpa proses pengadilan di Kamunting, Maret 2009. Ia lalu didepotasi dua bulan kemudian.
Kastari adalah pimpinan sel JI yang diduga berafiliasi dengan jaringan Al Qaeda. Pria berkebangsaan Singapura itu dituding terlibat dalam berbagai kasus teror terhadap sejumlah gedung pemerintah di Singapura pada 2001.
Sebelumnya diberitakan, Kepolisian Malaysia menangkap pekerja restoran asal Indonesia. Namanya Agus Salim (34) pada Senin 6 Juni 2011. Agus diduga terkait kelompok militan Jemaah Islamiyah (JI). Ia dijemput pasukan anti teroris Bukit Aman di restoran tempatnya bekerja di Johor Bahru, di tempat ia sehari-hari bertugas membuat roti canai.
Seperti dimuat New Straits Times, Jumat 10 Juni 2011, seorang sumber kepolisian menginformasikan, Agus Salim diduga berperan sebagai 'agen tidur' yang menunggu perintah sebelum memasok logistik, atau mengawal petinggi JI lain.