- Antara/ Yusran Uccang
VIVAnews – Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Said Aqil Siradj, meminta kepada warga Nahdliyin agar tidak terseret gerakan Negara Islam Indonesia dan paham Wahabi.
“Anak-anak Muslimat NU jangan sampai terlibat NII dan doktrin Wahabi yang antitahlil, antikubur (memegahkan kuburan). Jangan sampai. Jaga anak-anak, ya,” kata Said Aqil saat memberikan sambutan pada Kongres ke-16 Muslimat NU di Bandar Lampung, Kamis, 14 Juli 2011.
NII yang secara harfiah berarti 'Rumah Islam' adalah gerakan politik yang bertujuan menjadikan Republik Indonesia sebagai negara teokrasi, dengan agama Islam sebagai dasar negara. Sedangkan Wahabi kerap disebut bersinggungan dengan gerakan Islam garis keras.
Sudah Final
Pandangan NU tentang Islam dan kebangsaan, kata Said, sudah final. Ia menyatakan, Islam tak hanya menyampaikan doktrin teologi dan ibadah, tetapi juga menyampaikan ilmu pengetahuan, teknologi, peradaban, dan puncaknya adalah kemanusian.
Semua itu, ujar Said, didasari atas prinsip keseimbangan, tawazun, moderat, tawassuth, dan toleransi. Sementara soal wawasan kebangsaan, NU berpegang pada komitmen NKRI dengan Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika. “Itu tidak boleh ditawar-tawar lagi,” tegas Said.
Komitmen itu, jelas Said, dipertegas NU sejak Muktamar NU ke-36 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, kemudian diperkuat kembali pada Munas tahun 1992. “Ini bukan basa-basi, tapi akan kita kawal,” kata Said.