- Antara/ Ismar Patrizki
VIVAnews -- Bagi Inayah Wulandari, ini adalah Ramadan ke dua tanpa sang ayah, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang wafat 30 Desember 2009 lalu. Inayah tak pernah lupa kenangan terakhirnya berlebaran bersama Gus Dur, termasuk saat terjebak macet di malam takbiran.
"Saat itu, kami menjemput bapak dari rumah sakit. Hanya saya dan Mbak Anita," kata Inayah kepada VIVAnews, dengan mata berkaca-kaca, usai meresmikan Pojok Gus Dur di Gedung PB NU, Jakarta, 7 Agustus 2011.
Saat itu, tutur Inayah, kondisi jalan macet setelah buka puasa. "Kebetulan pas banget malam Idul Fitri, jadi kami takbiran di mobil," kata Inayah. Putri bungsu Gus Dur itu menambahkan, hanya ada mereka bertiga di dalam mobil, tanpa supir. "Momen terakhir dengan bapak, takbiran tahun lalu benar-benar berasa. Hanya ada kami (bertiga) dalam mobil."
Sementara, Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid alias Yenny Wahid selalu terkenang saat sahur bersama Gus Dur. "Kalau buka puasa kan kami sibuk ada undangan macam-macam, tapi kalau sahur itu eksklusif milik keluarga," kata dia.
Karena waktunya panjang, momen sahur dimanfaatkan untuk berbagi cerita. "Beliau suka mendongeng macam-macam, mulai khazanah Islam sampai tentang wali- wali di Jawa," tambah dia.
Seperti hari-hari biasa, tambah Yenny, Gus Dur sering tidur di ruang tamu. "Saya sering menemani beliau tidur di lantai beralaskan karpet. Itu saja, dan sebenarnya nyamuknya banyak, tapi itu nggak terlupakan," kata Yenny, tersenyum.
Diceritakan Yenny, sebelum Ramadan, keluarga ramai-ramai berziarah ke makam Gus Dur. "Sowan ke makam bapaK, pasti pas Syawal ke sana lagi," tambah dia.