- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAnews - Sepanjang karirnya sebagai penulis, Nh. Dini telah memperkuat realisme, merintis ideologi anti-patriarki, dan mendalami novel autobiografis dalam sastra biografis.
Pencapaiannya menonjol dalam menggali dunia perempuan, termasuk seksualitas tersembunyi, khususnya perempuan Jawa.
Novel-novelnya menjadi induk dari novel-novel populer yang ditulis pengarang perempuan, juga menjadi pendahulu bagi karya sejumlah penulis perempuan yang lahir sejak akhir 1990an.
Saat menerima penghargaan Achmad Bakrie untuk bidang kesusastraan, ia memberikan kritik kepada pemerintah Indonesia dengan bahasa yang halus, namun tegas maknanya.
"Anehnya pemerintah luar negeri punya sifat nyata, peduli kepada pekerja seni. Pengarang yang menunjukkan kemampuannya sampai mendapat sastrawan negara, seluruh hidupnya. Pemerintah Indonesia tidak perlu dikagumi karena tidak menyantuni para sastrawannya," ujar Nh. Dini saat menerima penghargaan di Djakarta Theater, Jakarta, Minggu 14 Agustus 2011.
"Terima kasih kepada Freedom Institute dan keluarga Achmad Bakrie," tambahnya.
Nh. Dini dikenal berbeda dengan para penerusnya. Novel-novelnya hadir dengan kualitas bahasa yang tetap terjaga. Kalimatnya kokoh, pelukisannya tentang sesuatu tampak halus, kadang samar-samar sehingga memberi kesempatan kepada pembaca untuk menerka-nerka.
Selain Nh. Dini, Achmad Bakrie Award juga diberikan kepada lima orang lainnya yakni, Adrian B. Lapian menerima Penghargaan untuk Bidang Pemikiran Sosial, Satyanegara untuk Bidang Kedokteran, Jatna Supriatna untuk Bidang Sains, F.G. Winarno untuk Bidang Teknologi, dan Hokky Situngkir yang menerima Hadiah Khusus untuk Ilmuwan Muda Berprestasi.