- Antara/ Andika Wahyu
VIVAnews - Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin dinilai hanya sebagai 'kerbau kecil' dalam serentetan kasus yang membelitnya. Kebetulan, sebagai 'kerbau kecil', Nazaruddin tidak selamat di tengah kerumunan 'kerbau besar' yang sedang diincar harimau.
Begitulah kira-kira ungkapan yang disampaikan ekonom Faisal Basri di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat 19 Agustus 2011. Menurut Faisal, saat ini 'kerbau besar' sedang berusaha agar 'kerbau kecil' yang menjadi korban sendiri.
"Kerbau besarnya ini yang sedang mencoba untuk mematikan yang kecil ini. Sekarang mematikannya dengan cara disuruh diam. Karena hampir semua partai terlibat di dalam pengerukan uang APBN," kata Faisal.
Yang harus dilakukan KPK saat ini adalah menangkap 'kerbau-kerbau besar'. Lantas, apakah 'kerbau' yang dimaksud berasal dari kandang yang sama? "Iyalah. Sudah pasti sekandang," tegasnya. Oleh karena itu, KPK sebagai harimau tidak hanya memangsa 'kerbau kecil, tapi juga 'kerbau-kerbau besar'.
"Jangan berhenti pada Nazar. Nazar sudah ngomong apa, kemudian di anggaran dia sedang ngomong apa, kita lihat proyek-proyeknya seperti apa. Tapi yang paling banyak melakukan potensi praktek seperti ini kan partai berkuasa," jelasnya.
Kritik Faisal Basri itu terkait bungkamnya Nazaruddin usai pemeriksaan KPK kemarin. Nazar mengaku lupa semua. Dia tidak akan menyebut nama-nama lain dalam kasus ini. Tapi Nazar meminta syarat agar Presiden SBY melindungi anak dan istrinya. (umi)