- Antara/ Fanny Octavianus
VIVAnews – Maskapai penerbangan Susi Air hari ini tidak beroperasi, karena para pilotnya mengalami gangguan psikologi pasca dua insiden yang menimpa maskapai tersebut, 9 September 2011 kemarin.
Kemarin, pesawat Susi Air jenis Caravan C 208 B pk-VVE yang berangkat dari Wamena ke Kenyem di Pegunungan Papua, jatuh di Distrik Pasema Kabupaten Yakuhimo, Papua. Pesawat yang dipiloti warga negara Australia, Dave Cootes, dan co-pilot asal Slovakia, Thomas Munk, jatuh saat mengangkut solar dan sejumlah barang lain.
Masih di hari yang sama, pesawat Susi Air yang berangkat dari Kabupaten Sabu Raijua menuju Kupang, Nusa Tenggara Timur, tergelincir saat akan mendarat di Bandara El Tari, Kupang. Pesawat itu mengalami pecah ban belakang. Namun dua penumpang dan dua kru yang berada dalam pesawat tersebut, tidak mengalami cedera.
Pemilik Susi Air, Susi Pudjiastuti, menjelaskan bahwa insiden tersebut, terutama yang terjadi di Papua, mempengaruhi kondisi psikis pilot di maskapainya. “Ada pilot yang dekat dengan korban. Jadi hari ini kami tidak beroperasi, karena situasi psikologis para pilot,” kata Susi dalam konferensi pers di Kantor Susi Air, Pangandaran, Jawa Barat.
Susi mengemukakan, pihaknya memutuskan untuk meliburkan para pilot dan meniadakan penerbangan di wilayah Papua maupun Medan, Sumatera Utara. “Kami mohon maaf karena banyak penerbangan di Sumatera yang harus di-cancel, terkait situasi para pilot,” ujar Susi lagi.
Para kru dan pilot yang terpengaruh secara emosional, lanjut Susi, juga diberi kesempatan libur oleh pihak perusahaan. “Bagi siapapun kru yang terpengaruh, kami beri day-off,” papar Susi.
Susi mengatakan, penerbangan Susi Air di Papua adalah yang terbesar di Indonesia. Setidaknya ada 22 pesawat Susi Air yang melayani penerbangan di wilayah Papua. Susi Air didirikan pada tahun 2004 oleh pasangan suami istri Christian von Strombeck yang asal Jerman, dan Susi Pudjiastuti. (sj)