- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews – Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla beberapa kali menyindir Nazaruddin ketika ia berbicara dalam Seminar Nasional ‘Meningkatkan Kreativitas dan Jiwa Kewirausahaan di Kalangan Civitas Akademika’ yang digelar Universitas Udayana, Bali.
JK mengatakan, Indonesia memerlukan lebih banyak pengusaha untuk bangkit menuju negara maju. “Sumber daya kita begitu melimpah ruah, tapi kita tidak lebih maju dari Jepang dan Korea Selatan yang minim sumber daya. Kalau modal untuk menjadi negara maju itu adalah sumber daya, seharusnya Indonesia sudah menjadi negara maju. Tapi faktanya kita masih tertinggal,” kata JK di Universitas Udayana, Bali, Selasa 13 September 2011.
Oleh karena itu, JK mendorong kalangan akademisi untuk juga terjun sebagai pengusaha. Menurutnya, prinsip terpenting yang harus dipegang calon pengusaha adalah pencapaian hasil, sementara proses bisa berubah-ubah. Sayangnya, lanjut JK, logika berpikir pemerintah selama ini terbalik, di mana pemerintah kerap mengedepankan proses ketimbang hasil.
“Keputusannya pendek, tapi prosesnya sangat panjang. Dalam tender misalnya, prosesnya begitu panjang – kecuali kalau ada orang seperti Nazaruddin, baru prosesnya bisa cepat,” kata JK disambut gelak tawa peserta seminar. JK yakin, Indonesia bisa maju bila ada kemauan.
Ketua Umum PMI itu menyatakan, rata-rata orang menjadi sukses lantaran mereka bekerja pada sektor yang penuh resiko. Profesi sebagai Pegawai Negeri Sipil dan anggota DPR, kata JK, tidak masuk di dalamnya.
“PNS dan DPR tidak tinggi risikonya, maka pendapatannya stabil. Kecuali kalau berani ambil resiko seperti Nazaruddin,” sindir JK lagi.
Politisi Golkar itu menekankan, kunci untuk melaju menjadi negara maju adalah semangat, sementara modal materi adalah monor dua. “Semangat akan menciptakan energi. Butuh semangat untuk memulai segala sesuatu,” tegas JK. Dengan semangat tinggi, ujarnya, bangsa ini dapat mengelola sumber daya yang terbatas menjadi tak terbatas. (Laporan: Bobby Andalan | Bali, umi)