- Antara/ Jessica Wuysang
VIVANews - Tingginya kesadaran masyarakat serta upaya sosialisasi yang terus menerus diklaim telah mampu menurunkan jumlah kasus perdagangan manusia (trafficking) di tanah air selama tahun 2011.
Hal tersebut setidaknya terlihat dari penurunan tajam kasus trafficking di wilayah Cianjur, Jawa Barat dari sebelumnya 33 kasus pada tahun 2010 menjadi hanya 4 kasus. Data tersebut diperoleh dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Cianjur.
"Saya tidak tahu jumlah yang ditangani instansi lainnya. Memang tahun ini cenderung menurun dibandingkan tahun lalu," ungkap Ketua Bidang Pelayanan Umum P2TP2A Kabupaten Cianjur Lidya Indrayani Umar, Rabu, 28 September 2011.
Lidya menambahkan menurunnya kasus trafficking pada tahun ini merupakan bagian dari upaya sosialisasi aparat kepada masyarakat yang terus dilakukan secara gencar. "Masyarakat Cianjur sekarang lebih paham mengenai permasalahan trafficking. Kita akan terus gencarkan sosialisasi ini," ujarnya.
Diakui Lidya, pengaduan terakhir mengenai terjadinya kasus trafficking yang diterima P2TP2A muncul pada pekan lalu. Kala itu lembaganya menerima laporan adanya seorang warga Sukanagara, Cianjur berinisial KY (23) yang diduga menjadi korban trafficking. KY diketahui akan dipekerjakan sebagai penari di Jepang.
P2TP2A kabupaten Cianjur selama ini mengaku terus berupaya dengan berbagai langkah untuk menyelesaikan berbagai pengaduan kasus trafficking dari masyarakat. Salah satu upaya itu adalah melakukan pendataan jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Cianjur yang hingga saat ini tidak jelas.
Padahal informasi yang beredar di masyarakat menyebutkan ribuan TKI asal Cianjur kini banyak yang menjadi pekerja di berbagai negara Timur Tengah, Malaysia, Jepang dan berbagai negara lainnya. (eh)
(Laporan: Permadhi|Cianjur)